Program
PSSN Indonesia Cultural Courses Program
Artikel
Publikasi artikel oleh tim peneliti
Penelitian
Penelitian lapangan menarik dan melibatkan mahasiswa

Tentang PSSN

PSSN melakukan hal yang menarik

Visi Misi

Menjadi Lembaga yang memberikan kontribusi nyata dan maksimal dalam perkembangan ilmu dan teknologi berbasis sosiobudaya Nusantara.

SK Pendirian

PSSN merupakan pusat studi yang dinaungi oleh Universitas Nasional dan berdasarkan keputusan Rektor Universitas Nasional.

Struktur Kepengurusan

PSSN dikelola dan dijalankan oleh dosen, alumni, dan mahasiswa Universitas Nasional.

Galeri

Kegiatan PSSN

 Workshop Penulisan Artikel Ilmiah: Strategi Komprehensif untuk Publikasi di Jurnal Terindeks Scopus
Workshop Penulisan Artikel Ilmiah: Strategi Komprehensif untuk Publikasi di Jurnal Terindeks Scopus

Pre Event - ICMAL

Talkshow Bincang Budaya dengan tema “Urgensi Ketahanan Budaya Dalam Preservasi Peradaban Nusantara”
Talkshow Bincang Budaya dengan tema “Urgensi Ketahanan Budaya Dalam Preservasi Peradaban Nusantara”

Dies Natalis UNAS Ke - 73

Workshop Linguistics and Multidisciplinary Discussion on The Journey of Music Performance
Workshop Linguistics and Multidisciplinary Discussion on The Journey of Music Performance

Dies Natalis UNAS Ke - 73

Workshop Lokakarya dengan tema “Metode Pengajaran, Penelitian, dan Penerapan Linguistik Terapan Sebagai Implementasi Perspektif Multidisiplin”
Workshop Lokakarya dengan tema “Metode Pengajaran, Penelitian, dan Penerapan Linguistik Terapan Sebagai Implementasi Perspektif Multidisiplin”

Dies Natalis UNAS Ke - 73

Berita

Seputar Nusantara

Hari Ketiga, Workshop Alat Musik Betawi di Museum Betawi

Jakarta, 28 Mei 2025 — Pada hari ketiga kegiatan Mobility Programme yang dilaksanakan oleh Universitas Nasional x Universiti Malaya pada hari Rabu, tanggal 28 Mei 2025 di gedung serba guna, Setu Babakan. Kegiatan dimulai pada pukul 10.00 WIB dan berakhir pada pukul 12.00 WIB.

Workshop ini dibawakan oleh Bapak Jaka yang merupakan penggiat seni dan pelestari budaya Betawi dan beberapa staff Museum Betawi yang turut membantu dalam mempersiapkan peralatan, juga menjelaskan secara detail mengenai alat musik Betawi.

Kegiatan ini diikuti oleh 21 mahasiswa dan 2 dosen dari Universiti Malaya, Malaysia yang sedang melaksanakan Mobility Programme ke Indonesia yang dipandu oleh Universitas Nasional. Para peserta tampak antusias dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan workshop, mulai dari pengenalan berbagai alat musik Betawi seperti Gambang Kromong, hingga sesi praktek memainkan alat musik tersebut secara langsung.

Dalam kegiatan ini turut didampingi oleh panitia, yaitu Sara Dwi Anjani, S.S., Putri Nurlaela, S.Sos., Audri Putri Chaniago, S.Sos., Nisya Nur Haliza, Ahmad Said Saputra, S.A.P., Hanan Ghifari, S.M., serta 4 LO kelompok yang mengarahkan peserta yaitu Abdullah Ahmad Permana, S.Sos., Adinda Damayanty, Galank Araafi, dan Sayyid Abdurrahman Yusuf. 

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperkenalkan kekayaan budaya Betawi kepada masyarakat internasional serta mempererat hubungan kerja sama di bidang kebudayaan antara Indonesia dan Malaysia.

 

Hari Kedua Mobility Programme, Kuliah Umum Bersama Budayawan Betawi dan Dekan Fakultas Budaya dan Sastra

Jakarta, 27 Mei 2025 — Telah dilaksanakan kegiatan Mobility Programme dalam bentuk kuliah tematik yang bertujuan untuk memperluas wawasan peserta, baik dari kalangan mahasiswa lokal maupun internasional, mengenai keberagaman budaya dan bahasa di Indonesia. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya internasionalisasi program studi serta penguatan diplomasi budaya Indonesia.

  1. Sesi Kuliah I

Judul Kuliah : Tantangan dalam Pelestarian Budaya

Waktu : 16.00 – 17.00 WIB

Narasumber : Babeh Yahya Andi Saputra

Pendamping : Bapak Iskandarsyah Siregar, S.S., M.Hum., Ph.D.

Tempat : Korea Corner

Sesi pertama menghadirkan Babeh Yahya Andi Saputra, seorang akademisi senior sekaligus tokoh budaya Betawi, yang telah lama aktif dalam pelestarian dan promosi budaya lokal. Dalam pemaparannya, beliau menyampaikan berbagai tantangan yang dihadapi dalam menjaga kelestarian budaya Indonesia di tengah arus globalisasi, serta merumuskan strategi-strategi konkret yang dapat diterapkan dalam masyarakat.

Materi meliputi:

  • Identifikasi penyebab melemahnya budaya lokal
  • Tantangan dalam pewarisan budaya antar generasi
  • Strategi pelestarian berbasis komunitas dan pendidikan
  • Peran media sosial dalam menjaga eksistensi budaya

Bapak Iskandarsyah Siregar, S.S., M.Hum., Ph.D. mendampingi sesi ini sebagai moderator, memastikan kelancaran penyampaian materi dan interaksi peserta. Peserta terlibat aktif dalam diskusi dan sesi tanya jawab, yang menandakan tingginya antusiasme dan minat terhadap tema yang diangkat.

 

  1. Sesi Kuliah II

Judul Kuliah : Keanekaragaman dalam Linguistik Indonesia

Waktu : 17.00 – 18.00 WIB

Narasumber : Dr. Somadi Sosrohadi, M.Pd.

Pendamping : Ibu Sara Dwi Anjani, S.S.

Kuliah kedua dilanjutkan dengan pembahasan mengenai keanekaragaman linguistik Indonesia, yang mencerminkan kekayaan budaya bangsa. Dr. Somadi Sosrohadi, M.Pd. menjelaskan tentang peran strategis bahasa dalam menjaga identitas nasional, serta tantangan dalam pemertahanan bahasa daerah di tengah dominasi bahasa global.

Materi yang dibahas meliputi:

  • Peta keragaman bahasa di Indonesia
  • Ancaman kepunahan bahasa minoritas
  • Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
  • Upaya revitalisasi bahasa daerah melalui pendidikan dan teknologi

Ibu Sara Dwi Anjani, S.S. mendampingi sesi ini sebagai moderator sekaligus fasilitator, memastikan kelancaran penyampaian materi dan interaksi peserta.

Seluruh rangkaian kegiatan berlangsung dengan lancar, tertib, dan penuh semangat kolaboratif. Para peserta memperoleh wawasan yang sangat bermanfaat terkait kebudayaan dan bahasa Indonesia. Kegiatan ini diharapkan menjadi titik awal kerja sama lebih lanjut dalam bidang akademik dan kebudayaan lintas negara.

Demikian berita acara ini disusun sebagai dokumentasi resmi atas pelaksanaan kegiatan tersebut.

Hari Kedua Mobility Programme, Peserta Kunjungi Perpusnas dan Monumen Nasional (Monas)

Jakarta, 27 Mei 2025 — Program kolaborasi antara Universitas Nasional dan Universiti Malaya yang bertajuk Mobility Programme memasuki hari kedua pelaksanaannya pada Selasa, 27 Mei 2025. Rangkaian kegiatan hari ini dipenuhi dengan kunjungan edukatif dan sesi akademik yang mengangkat nilai-nilai budaya dan literasi nasional.

Tepat pukul 06.30 WIB, rombongan peserta dan panitia memulai perjalanan dari Wisma Penginapan menuju destinasi pertama, yaitu Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jl. Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Setibanya di lokasi, peserta mengikuti sesi sosialisasi pengenalan Perpusnas yang disampaikan oleh pihak instansi. Usai sesi, peserta diajak mengunjungi berbagai layanan koleksi, mulai dari Lantai 19 (Layanan Multimedia), Lantai 21 (Koleksi Monograf Terbuka), hingga Lantai 24 (Layanan Budaya Nusantara & Eksekutif Lounge). Kegiatan ditutup dimama para peserta melakukan sesi foto bersama maupun mengabadikan sendiri berlatar Monumen Nasional dari ketinggian gedung Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Selanjutnya, peserta berjalan kaki menuju Kawasan Monumen Nasional (Monas) yang berada tepat di seberang gedung Perpusnas. Untuk mempermudah akses, peserta menaiki transportasi ramah lingkungan berupa odong-odong listrik di dalam kawasan Monas hingga ke pintu utama tiket masuk Monas. Di sana, peserta memanfaatkan cuaca cerah dan panas yang terik dengan berfoto bersama di area sekitar tugu Monas hingga pukul 11.30 WIB.

Destinasi ketiga yaitu Masjid Istiqlal, yang dikunjungi menggunakan bus pada pukul 12.00 WIB. Setibanya di lokasi, peserta diberikan waktu untuk menunaikan shalat Dzuhur dan beristirahat. Sementara itu, peserta turut mengunjungi Gereja Katedral yang terletak persis di seberang Masjid Istiqlal sebagai bagian dari pengalaman interkultural dan toleransi antarumat beragama.

Hari Pertama Mobility Programme, Mahasiswa dan Dosen Universiti Malaya Tiba di Universitas Nasional

Jakarta, 26 Mei 2025Mobility Programme merupakan salah satu program kerja sama antar universitas yang diselenggarakan antara Universitas Nasional dan Universiti Malaya. Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional dalam kesempatan ini berkesempatan menjadi tuan rumah pada Mobility Programme dengan topik utama yaitu Pengenalan Budaya yang mana spesifik memperkenalkan Kebudayaan Betawi. 

Program ini berlangsung selama kurang lebih 4 hari. Pada hari pertama tepatnya pada Senin, 26 Mei 2025 diawali dengan penyambutan kedatangan mahasiswa University Malaya yang langsung datang dari Malaysia untuk mengikuti Mobility Programme ini. Kegiatan ini kurang lebih diikuti oleh 25 peserta yang mana mereka berstatus sebagai mahasiswa dan juga 2 dosen dari Universiti Malaya. 

Setelah penyambutan kedatangan peserta acara selanjutnya yaitu pembukaan yang adakan di Lounge Universitas Nasional. Dalam pembukaan kegaiatan ini dihadiri oleh Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerjasama yaitu Prof. Dr. Ernawati Sinaga, M.S., Apt., Bapak Iskandarsyah Siregar M.Hum. Ph.D., selaku PIC dalam acara Mobility Programme ini. Dalam Upacara Pembukaan ini masing-masing utusan dari Universitas Nasional dan Universiti Malaya menyampaikan perayaannya mengenai program ini.

Setelah upacara pembukaan selesai acara pun dilanjutkan untuk menonton film bersama di ruangan audio visual yang berada di Cyber Library Universitas Nasional. Film yang di tonton berjudul Buya Hamka, film ini di pilih karena dianggap mempunyai nilai-nilai moral yang sangat bagus untuk menambah wawasan khususnya untuk mahasiswa-mahasiswa, terlebih lagi untuk memperkenalkan tokoh-tokoh berpengaruh di Indonesia kepada mahasiswa-mahasiswa luar. Kegiatan menonton ini berlangsung selama 2 jam.

Setelah itu kegiatan pada hari ke-1 Mobility Program selesai. Seluruh peserta yang datang dari Malaysia di istirahatkan dan panitia menyediakan penginapan di Wisma BPMP yang berlokasi di  Jl. Nangka I No.60 Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

International Conference on Multidimensional Applied Linguistics (ICMAL)

Jakarta, 13 November 2024, Pusat Studi Sosiobudaya Nusantara (PSSN) berkolaborasi dengan Pusat Studi Ketahanan Nasional (PUSTANAS) dalam menyelenggarakan International Conference on Multidimensional Applied Linguistics (ICMAL) sebagai bagian dari perayaan ulang tahun Universitas Nasional ke-75. Acara ini dilaksanakan secara hybrid (luring dan daring) yang berlokasi di gedung Cyber Auditorium Universitas Nasional.

Mengusung tema “Building Innovative Solutions to Contemporary Challenges Through a Multidisciplinary Approach in Applied Linguistics”, konferensi ini menjadi wadah diskusi lintas disiplin tentang penerapan linguistik dalam berbagai konteks, termasuk Linguistics as a Tool for Cultural Development, Linguistics as a Preservator of Values and Technology, and Linguistics For Therapeutic Purposes. Opening remarks dilakukan oleh Wakil Rektor UNAS Bidang Penelitian, Pengabdian Pada Masyarakat dan Kerjasama Prof. Dr. Ernawati Sinaga, M.S., Apt.

Sambutan oleh Ketua Pelaksana Iskandar Siregar, S.S., M.Hum., Ph.D menekankan pentingnya linguistik dalam menyelesaikan berbagai persoalan global. “Ketika kita memahami sebagian besar masalah di dunia ini, banyak diantaranya berkaitan dengan kesalahpahaman komunikasi. Hampir semua persoalan bermuara pada komunikasi, sehingga linguistik seharusnya bisa menjadi solusi bagi banyak masalah di dunia,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa konferensi ini memberikan perspektif yang lebih luas mengenai peran linguistik dalam menjembatani perbedaan.

Acara yang dimulai pada jam 09.00 WIB sampai 17.00 WIB ini, para peserta mendapatkan wawasan mendalam dari berbagai sesi, yang meliputi:

Keynote Speech

Anton Tikhomirov, Federasi Kedutaan Rusia

Menurutnya, bahasa penting dalam memperkaya kehidupan seseorang. “Ada pepatah yang mengatakan, jika seseorang berbicara satu bahasa, dia memiliki satu kepribadian, satu jiwa. Namun jika seseorang berbicara banyak bahasa, dia memiliki banyak jiwa. Bahasa memperkaya kehidupannya dan mengembangkan dirinya. Ini berlaku terutama untuk bahasa Indonesia, yang menurut saya sangat melodis, keras, dan menarik untuk dipelajari,” katanya.

Invited Speaker

  • Edrida Pulungan, SE., M.HI., M.Si. dari Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI)
  • Samsur Rijal Yahya S.S., MMLS., Ph.D dari University of Malaya
  • Ahmed Ali Hamed Al-Ajmi dari Sohar University
  • Hadir secara Online Prof. Dr. Rozanna Mulyani MA dari Universitas Sumatera Utara.

Presentasi Pemakalah

Diikuti oleh 5 orang pemakalah dari berbagai universitas di Indonesia, yaitu:

  • Susi Yuliawati
  • Asridayani
  • Widya Fhitri
  • Rizqina Rahmadinah
  • Ani Rachmat

Acara tersebut dipanitiai oleh tim Junior Researcher dari Pusat Studi Sosiobudaya Nusantara dan Pusat Studi Ketahanan Nasional (PUSTANAS), Universitas Nasional, yang terdiri dari Sara Dwi Anjani, S.S., Putri Nurlaela (FISIP), Sari Tri Anjani, S.Sos., Hannan Ghifari, S.M., Robby Pandu Wijaya Diva (FISIP), Ahmad Said Saputra, S.A.P., Alya Aurelia (FIKES), dan Wikartika Amanda Utami (FBS).

Peran Kraton Yogyakarta dalam Membangun Identitas, Representasi, dan Makna Budaya pada Taman Sari

Taman Sari dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1757. Taman sari atau yang sering disebut dengan Water Castle ini merupakan pesanggrahan Sultan Jogja dan keluarganya. Pesanggrahan ini memiliki komponen pertahanan sehingga dahulu Tamansari juga digunakan sebagai tempat perlindungan. Dalam beberapa dekade terakhir, Taman Sari telah menjadi daya tarik wisata yang signifikan di Yogyakarta. Lokasi yang memiliki banyak peninggalan sejarah masa lampau kerap kali dimanfaatkan sebagai tempat wisata edukasi. Taman Sari memberikan pelajaran berharga mengenai sejarah kerajaan Yogyakarta dan pengaruh berbagai budaya yang ada.

 

Secara filosofis, Taman Sari melambangkan harmoni antara manusia dan alam. Kolam-kolam air yang ada di dalamnya tidak hanya berfungsi sebagai tempat rekreasi, tetapi juga sebagai simbol kesucian dan keseimbangan dengan alam.  Taman Sari merupakan tempat yang tidak hanya menyimpan sejarah, tetapi juga menjadi ruang refleksi spiritual bagi para sultan dan keluarganya, melalui ritual dan kegiatan yang dilakukan di Taman Sari, nilai-nilai budaya dan spiritualitas terus dilestarikan

 

Tahun 2021 pada saat pandemi covid, kemenparekraf bekerjasama dengan masyrakat untuk menerapkan konsep pariwisata dalam bentuk budaya yang bernama POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata). Terdapat beberapa elemen pada situs komunitas lokal, yaitu pelaku pariwisata, perizinan, lalu ada stakeholder. POKDARWIS sendiri sudah terdaftar pada peraturan gubernur daerah istimewa Yogyakarta nomor 40 tahun 2020 tentang kelompok sadar wisata/kampung wisata.

 

Keraton Yogyakarta berperan penting dalam membangun dan mempertahankan identitas budaya Taman Sari melalui pelestarian arsitektur, ritual, dan acara budaya. Selain itu, masyarakat lokal juga terlibat aktif dalam pengembangan potensi wisata Taman Sari, melalui peran serta mereka dalam pelestarian budaya dan ekonomi lokal. Dengan kolaborasi antara Keraton, pemerintah daerah, dan masyarakat, Taman Sari berhasil mempertahankan keberadaannya sebagai simbol identitas dan kekuatan budaya Yogyakarta di tengah arus globalisasi.

 

HUT Ke-497 Jakarta: Ada Rame-Rame Apa Sih di Setu Babakan?

Jakarta merayakan ulang tahunnya yang ke-497 dengan penuh semarak di Setu Babakan, pusat pelestarian budaya Betawi. Acara yang berlangsung pada 22 – 23 Juni 2024 menarik ribuan pengunjung yang ingin menyaksikan berbagai budaya dan tradisi khas Betawi.

Kuliner khas Betawi seperti kerak telor, soto Betawi, dan dodol Betawi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang ingin mencicipi kelezatan makanan tradisional ibu kota.

Selain hiburan, acara ini juga diisi dengan berbagai kegiatan edukatif. Tim peneliti PSSN hadir untuk melakukan wawancara dengan para penari dan penggiat budaya lokal. Wawancara ini bertujuan untuk mendokumentasikan dan mengkaji lebih dalam tentang keberagaman serta kekayaan budaya Betawi yang masih lestari hingga kini.

Salah satu penari, Annisa Dwi menyatakan pendapatnya mengenai di gelarnya acara tersebut, “acara ini sangat mengesankan dan menjadi wajah bagi Jakarta, karena bisa menggelar kesenian seperti tarian kaya gini. Akupun senang bisa menjadi penari Nandak Ganjen dan juga persiapannya kurang dari satu bulan”, ujarnya mengenai kesan pada acara tersebut.

Kemudian, Tim Peneliti melakukan wawancara kepada penggiat budaya lokal yaitu Kong Limbad, biasa beliau dipanggil. Beliau mengatakan, “Acara ini tuh bagus banget melestarikan budaya banget, apalagi Jakarta udah 497 tahun. Biasanya di sini Sabtu dan Minggu biasa dilaksanakan acara-acara kayak begini apalagi acara istimewa begini udah pasti dilaksanain. Momen yang berkesan dari acara ini tuh babeh bisa nyicipin makanan-makanan gratis dari workshop tadi”. Beliau juga mengatakan bahwa tergabung kedalam beberapa komunitas pelestari budaya, terutama budaya Betawi. Seperti Pandan Lovers, BS FC (Benyamin Sueb Fans Club).

Perayaan ulang tahun Jakarta ke-497 di Setu Babakan tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga menjadi momentum penting dalam upaya pelestarian dan pengembangan budaya Betawi. Semangat kebersamaan dan rasa bangga terhadap warisan budaya yang ditampilkan dalam acara ini diharapkan dapat terus hidup dan berkembang di tengah modernisasi Jakarta.

Workshop Penulisan Artikel Ilmiah: Strategi Komprehensif untuk Publikasi di Jurnal Terindeks Scopus

Universitas Nasional mengadakan workshop penulisan artikel ilmiah dengan tema “Scopus: Strategy A Comprehensive Guide to Academic Writing (Pre-Event ICMAL)” pada Senin, 22 Juli 2024. Acara ini dilaksanakan di Ruang Rapat Cyber dan melalui platform Zoom, serta dihadiri oleh dosen dan mahasiswa. Workshop ini bertujuan untuk memberikan pelatihan mengenai penulisan artikel ilmiah yang dapat diterima dan diterbitkan di jurnal yang terindeks Scopus, serta meningkatkan kualitas dan kuantitas publikasi ilmiah dari para peserta.

Acara ini menghadirkan tiga pembicara ahli di bidang penulisan artikel ilmiah, yaitu Iskandarsyah Siregar, S.S., M.Hum., Ph.D., Prof. Dr. Ir. Edi Sugiono, S.E., M.M., dan Dr. Vivitri Dewi Prasasty. Sambutan pembuka disampaikan oleh Wakil Rektor PPMK, Prof. Dr. Ernawati Sinaga, M.S., Apt., yang menekankan pentingnya publikasi ilmiah dalam meningkatkan reputasi akademik dan kontribusi penelitian. Workshop ini diikuti oleh 24 peserta on-site, 30 peserta online, dan didukung oleh 6 orang panitia yang memastikan kelancaran acara.

Prof. Dr. Ernawati Sinaga, M.S., Apt.

Dr. Vivitri Dewi Prasasty, M.Si., Ph.D.

Prof. Dr. Ir. Edi Sugiono, S.E., M.M.

Iskandarsyah Siregar, S.S., M.Hum., Ph.D.

Diharapkan setelah mengikuti workshop ini, peserta mampu menulis artikel ilmiah yang berkualitas tinggi dan memenuhi standar jurnal terindeks Scopus. Selain itu, para peserta diharapkan dapat meningkatkan publikasi ilmiah mereka dan berkontribusi lebih banyak dalam dunia akademik dan penelitian. Inti dari pembahasan workshop ini adalah teknik dan strategi penulisan artikel ilmiah agar dapat diterima di jurnal yang terindeks Scopus, mencakup cara memilih topik penelitian yang relevan, struktur penulisan yang baik, teknik penulisan yang efektif, serta cara mengatasi proses review dan revisi dari jurnal.

Acara workshop ini berjalan dengan lancar dan mendapat respon positif dari para peserta. Para pembicara memberikan materi yang komprehensif dan bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan penulisan artikel ilmiah peserta. Dengan mengikuti workshop ini, diharapkan para peserta dapat menerapkan ilmu yang didapat dalam penulisan artikel ilmiah mereka, sehingga dapat diterima di jurnal terindeks Scopus dan meningkatkan kontribusi dalam dunia akademik dan penelitian. 

Kegiatan ini akan ditindaklanjuti dengan pendampingan artikel ilmiah untuk disubmisi ke jurnal terindeks Scopus, WoS, atau ISI. Pengumuman resmi mengenai pendampingan ini akan disampaikan pada Pre-Event 2 ICMAL yang akan diselenggarakan pada Agustus 2024.

Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung terselenggaranya acara ini, baik dari panitia, pembicara, maupun peserta. Semoga acara ini memberikan manfaat yang besar dan dapat dilaksanakan kembali di masa mendatang dengan tema yang lebih menarik dan relevan.

Dokumentasi Kegiatan

Eksistensi Budaya Palang Pintu dalam Pembukaan Pernikahan Adat Betawi: Analisis Melalui Perspektif Interaksionisme Simbolik George Herbert Mead

Kelompok etnis Betawi memiliki keragaman budaya yang luas, menghasilkan berbagai perspektif tentang penduduk asli Betawi. Upacara perkawinan merupakan salah satu budaya penting yang menandai peristiwa khusus dan kepercayaan spiritual. Dalam setiap pernikahan adat, kedua mempelai tampil dengan riasan dan busana khas, menandai masa transisi mereka dalam mengambil hak dan kewajiban penuh terhadap masyarakat. Adat istiadat ini merupakan hal yang lazim dan dapat berfluktuasi sesuai dengan kondisi masyarakat. Adat istiadat ini merupakan hal yang umum dan dapat berubah sesuai dengan kondisi masyarakat.

Berdasarkan hasil jurnal penelitian yang dilakukan oleh Sari Tri Anjani, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pandangan masyarakat dan pemahaman terhadap nilai-nilai adat Betawi serta apakah tradisi tersebut masih terus dipraktikkan oleh mereka yang tinggal di kawasan Kampung Budaya Betawi dan sekitarnya. Tradisi ini biasanya berkaitan dengan pertunjukan seni dan budaya setempat, seperti acara pertunjukan randai, saluang, rabab, tarian, dan berbagai kesenian yang berhubungan dengan upacara perkawinan. Tradisi pernikahan semacam ini sangat bergantung pada iklim sosial ekonomi lingkungan sekitar. Pada pembahasan kali ini, objek tradisi pernikahan adat Betawi yang akan dibahas, yaitu palang pintu.

(Sumber: https://www.senibudayabetawi.com/wp-content/uploads/2021/12/1639376899781-scaled.jpg)

Dari 50 responden yang diteliti, 30 orang menggunakan palang pintu dalam acara pernikahan mereka, didalamnya termasuk 2 orang yang bukan masyarakat asli Betawi. Ini menunjukkan bahwa budaya palang pintu Betawi tidak hanya digunakan oleh masyarakat asli Betawi, tetapi juga oleh pendatang atau suku lain. Meskipun demikian, terdapat perbedaan persepsi mengenai makna penggunaan palang pintu dalam pembukaan acara pernikahan. Menurut teori interaksionisme simbolik George Herbert Mead, interaksi sosial terjadi melalui penggunaan simbol-simbol yang bermakna, yang dapat menimbulkan asosiasi dan interaksi antarindividu.

Menurut George Herbert Mead, tindakan manusia dipengaruhi oleh interpretasi mereka terhadap orang lain, objek, dan peristiwa. Tradisi Palang Pintu adalah bentuk interaksi simbolik, di mana setiap langkah dan gerakan memiliki makna khusus bagi pelaku dan penonton. Meskipun tradisi ini telah mengalami modifikasi dan digunakan oleh suku selain Betawi, makna aslinya tetap dipertahankan. Analisis data menunjukkan bahwa baik masyarakat asli Betawi maupun pendatang memahami makna Palang Pintu, menunjukkan bahwa budaya Betawi tetap eksis di era globalisasi ini, meskipun belum sepenuhnya merata. Untuk melestarikan budaya Betawi di tengah multikulturalisme dan globalisasi, diperlukan strategi yang tepat sejak dini.

Kesimpulannya, ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk memulihkan kebudayaan Palang Pintu adat Betawi:

  • Promosi kegiatan: Menggunakan media sosial untuk memperkenalkan Budaya Palang Pintu dengan menyediakan konten menarik dan memanfaatkan dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa asing lainnya. Selain itu, ikut serta dalam event-event kebudayaan tertentu juga dapat menjadi sarana promosi yang efektif.
  • Pengembangan Pendidikan budaya Betawi: Mengembangkan pendidikan budaya Betawi dapat membantu masyarakat untuk memahami makna penggunaan palang pintu dan simbol-simbol dalam pernikahan Betawi, serta mendorong siswa untuk lebih memahami dan melestarikan budaya tersebut.
  • Mengadakan festival kebudayaan setiap tahun: Dengan mengadakan festival kebudayaan setiap tahun, masyarakat atau pengunjung dapat lebih mengenal kebudayaan Palang Pintu Betawi, sehingga memperkuat eksistensi dan pemahaman tentang budaya tersebut.

 

Diplomasi Rempah: Peran Dirjen Kebudayaan dalam Mempererat Negara ASEAN

Jakarta – Asia Tenggara memiliki sejarah yang kaya sebagai pusat perdagangan rempah dunia sebelum bangsa Eropa melakukan eksplorasi, di mana rempah dianggap tidak hanya sebagai komoditas tetapi juga membawa nilai-nilai, tradisi, dan pertukaran budaya. Pada laman surat berita Tempo, dalam rangka memperkuat warisan bersama rempah di kawasan ASEAN, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Ristek menyelenggarakan kegiatan “ASEAN Spice: The Connecting Culture of Southeast Asians” di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Kegiatan ini, yang didukung oleh Sekretariat ASEAN, melibatkan para akademisi dan praktisi dari 11 negara ASEAN dalam berbagai diskusi, kunjungan ke desa rempah, dan kerja sama untuk mengembangkan inovasi terkait budaya rempah dan gastronomi.

 

Menurut Hilmar, rempah memiliki peran yang signifikan dalam mengubah gaya hidup manusia dan harus terus dikembangkan untuk manfaat yang lebih luas. Dia juga menekankan pentingnya kerjasama inovatif antara praktisi dan akademisi ASEAN untuk memperkuat cerita sejarah jalur rempah di komunitas ASEAN. Dafri Agussalim dari Fisipol UGM menyatakan bahwa kegiatan ini krusial karena membantu mengidentifikasi identitas ASEAN melalui jalur rempah, yang selama ini kurang dipahami. Baginya, jalur rempah dapat menjadi titik persatuan bagi negara-negara ASEAN dan memperkuat hubungan di Asia Tenggara.

 

Upaya untuk mengangkat warisan budaya rempah sebagai bagian integral dari identitas ASEAN merupakan langkah yang sangat positif dan relevan. Sejarah panjang perdagangan rempah di Asia Tenggara mencerminkan kekayaan alam, keragaman budaya, dan hubungan antarnegara yang erat. Melalui kegiatan seperti “ASEAN Spice: The Connecting Culture of Southeast Asians”, dapat dipahami lebih dalam pentingnya jalur rempah sebagai sumber persatuan dan kerjasama di antara negara-negara ASEAN. Pengembangan dan promosi budaya rempah akan memperkaya pengalaman wisatawan serta memperkuat kesadaran akan keragaman dan kekayaan budaya di kawasan ini.