Program
PSSN Indonesia Cultural Courses Program
Artikel
Publikasi artikel oleh tim peneliti
Penelitian
Penelitian lapangan menarik dan melibatkan mahasiswa

Tentang PSSN

PSSN melakukan hal yang menarik

Visi Misi

Menjadi Lembaga yang memberikan kontribusi nyata dan maksimal dalam perkembangan ilmu dan teknologi berbasis sosiobudaya Nusantara.

SK Pendirian

PSSN merupakan pusat studi yang dinaungi oleh Universitas Nasional dan berdasarkan keputusan Rektor Universitas Nasional.

Struktur Kepengurusan

PSSN dikelola dan dijalankan oleh dosen, alumni, dan mahasiswa Universitas Nasional.

Galeri

Kegiatan PSSN

 Workshop Penulisan Artikel Ilmiah: Strategi Komprehensif untuk Publikasi di Jurnal Terindeks Scopus
Workshop Penulisan Artikel Ilmiah: Strategi Komprehensif untuk Publikasi di Jurnal Terindeks Scopus

Pre Event - ICMAL

Talkshow Bincang Budaya dengan tema “Urgensi Ketahanan Budaya Dalam Preservasi Peradaban Nusantara”
Talkshow Bincang Budaya dengan tema “Urgensi Ketahanan Budaya Dalam Preservasi Peradaban Nusantara”

Dies Natalis UNAS Ke - 73

Workshop Linguistics and Multidisciplinary Discussion on The Journey of Music Performance
Workshop Linguistics and Multidisciplinary Discussion on The Journey of Music Performance

Dies Natalis UNAS Ke - 73

Workshop Lokakarya dengan tema “Metode Pengajaran, Penelitian, dan Penerapan Linguistik Terapan Sebagai Implementasi Perspektif Multidisiplin”
Workshop Lokakarya dengan tema “Metode Pengajaran, Penelitian, dan Penerapan Linguistik Terapan Sebagai Implementasi Perspektif Multidisiplin”

Dies Natalis UNAS Ke - 73

Berita

Seputar Nusantara

International Conference on Multidimensional Applied Linguistics (ICMAL)

Jakarta, 13 November 2024, Pusat Studi Sosiobudaya Nusantara (PSSN) berkolaborasi dengan Pusat Studi Ketahanan Nasional (PUSTANAS) dalam menyelenggarakan International Conference on Multidimensional Applied Linguistics (ICMAL) sebagai bagian dari perayaan ulang tahun Universitas Nasional ke-75. Acara ini dilaksanakan secara hybrid (luring dan daring) yang berlokasi di gedung Cyber Auditorium Universitas Nasional.

Mengusung tema “Building Innovative Solutions to Contemporary Challenges Through a Multidisciplinary Approach in Applied Linguistics”, konferensi ini menjadi wadah diskusi lintas disiplin tentang penerapan linguistik dalam berbagai konteks, termasuk Linguistics as a Tool for Cultural Development, Linguistics as a Preservator of Values and Technology, and Linguistics For Therapeutic Purposes. Opening remarks dilakukan oleh Wakil Rektor UNAS Bidang Penelitian, Pengabdian Pada Masyarakat dan Kerjasama Prof. Dr. Ernawati Sinaga, M.S., Apt.

Sambutan oleh Ketua Pelaksana Iskandar Siregar, S.S., M.Hum., Ph.D menekankan pentingnya linguistik dalam menyelesaikan berbagai persoalan global. “Ketika kita memahami sebagian besar masalah di dunia ini, banyak diantaranya berkaitan dengan kesalahpahaman komunikasi. Hampir semua persoalan bermuara pada komunikasi, sehingga linguistik seharusnya bisa menjadi solusi bagi banyak masalah di dunia,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa konferensi ini memberikan perspektif yang lebih luas mengenai peran linguistik dalam menjembatani perbedaan.

Acara yang dimulai pada jam 09.00 WIB sampai 17.00 WIB ini, para peserta mendapatkan wawasan mendalam dari berbagai sesi, yang meliputi:

Keynote Speech

Anton Tikhomirov, Federasi Kedutaan Rusia

Menurutnya, bahasa penting dalam memperkaya kehidupan seseorang. “Ada pepatah yang mengatakan, jika seseorang berbicara satu bahasa, dia memiliki satu kepribadian, satu jiwa. Namun jika seseorang berbicara banyak bahasa, dia memiliki banyak jiwa. Bahasa memperkaya kehidupannya dan mengembangkan dirinya. Ini berlaku terutama untuk bahasa Indonesia, yang menurut saya sangat melodis, keras, dan menarik untuk dipelajari,” katanya.

Invited Speaker

  • Edrida Pulungan, SE., M.HI., M.Si. dari Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI)
  • Samsur Rijal Yahya S.S., MMLS., Ph.D dari University of Malaya
  • Ahmed Ali Hamed Al-Ajmi dari Sohar University
  • Hadir secara Online Prof. Dr. Rozanna Mulyani MA dari Universitas Sumatera Utara.

Presentasi Pemakalah

Diikuti oleh 5 orang pemakalah dari berbagai universitas di Indonesia, yaitu:

  • Susi Yuliawati
  • Asridayani
  • Widya Fhitri
  • Rizqina Rahmadinah
  • Ani Rachmat

Acara tersebut dipanitiai oleh tim Junior Researcher dari Pusat Studi Sosiobudaya Nusantara dan Pusat Studi Ketahanan Nasional (PUSTANAS), Universitas Nasional, yang terdiri dari Sara Dwi Anjani, S.S., Putri Nurlaela (FISIP), Sari Tri Anjani, S.Sos., Hannan Ghifari, S.M., Robby Pandu Wijaya Diva (FISIP), Ahmad Said Saputra, S.A.P., Alya Aurelia (FIKES), dan Wikartika Amanda Utami (FBS).

Peran Kraton Yogyakarta dalam Membangun Identitas, Representasi, dan Makna Budaya pada Taman Sari

Taman Sari dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1757. Taman sari atau yang sering disebut dengan Water Castle ini merupakan pesanggrahan Sultan Jogja dan keluarganya. Pesanggrahan ini memiliki komponen pertahanan sehingga dahulu Tamansari juga digunakan sebagai tempat perlindungan. Dalam beberapa dekade terakhir, Taman Sari telah menjadi daya tarik wisata yang signifikan di Yogyakarta. Lokasi yang memiliki banyak peninggalan sejarah masa lampau kerap kali dimanfaatkan sebagai tempat wisata edukasi. Taman Sari memberikan pelajaran berharga mengenai sejarah kerajaan Yogyakarta dan pengaruh berbagai budaya yang ada.

 

Secara filosofis, Taman Sari melambangkan harmoni antara manusia dan alam. Kolam-kolam air yang ada di dalamnya tidak hanya berfungsi sebagai tempat rekreasi, tetapi juga sebagai simbol kesucian dan keseimbangan dengan alam.  Taman Sari merupakan tempat yang tidak hanya menyimpan sejarah, tetapi juga menjadi ruang refleksi spiritual bagi para sultan dan keluarganya, melalui ritual dan kegiatan yang dilakukan di Taman Sari, nilai-nilai budaya dan spiritualitas terus dilestarikan

 

Tahun 2021 pada saat pandemi covid, kemenparekraf bekerjasama dengan masyrakat untuk menerapkan konsep pariwisata dalam bentuk budaya yang bernama POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata). Terdapat beberapa elemen pada situs komunitas lokal, yaitu pelaku pariwisata, perizinan, lalu ada stakeholder. POKDARWIS sendiri sudah terdaftar pada peraturan gubernur daerah istimewa Yogyakarta nomor 40 tahun 2020 tentang kelompok sadar wisata/kampung wisata.

 

Keraton Yogyakarta berperan penting dalam membangun dan mempertahankan identitas budaya Taman Sari melalui pelestarian arsitektur, ritual, dan acara budaya. Selain itu, masyarakat lokal juga terlibat aktif dalam pengembangan potensi wisata Taman Sari, melalui peran serta mereka dalam pelestarian budaya dan ekonomi lokal. Dengan kolaborasi antara Keraton, pemerintah daerah, dan masyarakat, Taman Sari berhasil mempertahankan keberadaannya sebagai simbol identitas dan kekuatan budaya Yogyakarta di tengah arus globalisasi.

 

HUT Ke-497 Jakarta: Ada Rame-Rame Apa Sih di Setu Babakan?

Jakarta merayakan ulang tahunnya yang ke-497 dengan penuh semarak di Setu Babakan, pusat pelestarian budaya Betawi. Acara yang berlangsung pada 22 – 23 Juni 2024 menarik ribuan pengunjung yang ingin menyaksikan berbagai budaya dan tradisi khas Betawi.

Kuliner khas Betawi seperti kerak telor, soto Betawi, dan dodol Betawi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang ingin mencicipi kelezatan makanan tradisional ibu kota.

Selain hiburan, acara ini juga diisi dengan berbagai kegiatan edukatif. Tim peneliti PSSN hadir untuk melakukan wawancara dengan para penari dan penggiat budaya lokal. Wawancara ini bertujuan untuk mendokumentasikan dan mengkaji lebih dalam tentang keberagaman serta kekayaan budaya Betawi yang masih lestari hingga kini.

Salah satu penari, Annisa Dwi menyatakan pendapatnya mengenai di gelarnya acara tersebut, “acara ini sangat mengesankan dan menjadi wajah bagi Jakarta, karena bisa menggelar kesenian seperti tarian kaya gini. Akupun senang bisa menjadi penari Nandak Ganjen dan juga persiapannya kurang dari satu bulan”, ujarnya mengenai kesan pada acara tersebut.

Kemudian, Tim Peneliti melakukan wawancara kepada penggiat budaya lokal yaitu Kong Limbad, biasa beliau dipanggil. Beliau mengatakan, “Acara ini tuh bagus banget melestarikan budaya banget, apalagi Jakarta udah 497 tahun. Biasanya di sini Sabtu dan Minggu biasa dilaksanakan acara-acara kayak begini apalagi acara istimewa begini udah pasti dilaksanain. Momen yang berkesan dari acara ini tuh babeh bisa nyicipin makanan-makanan gratis dari workshop tadi”. Beliau juga mengatakan bahwa tergabung kedalam beberapa komunitas pelestari budaya, terutama budaya Betawi. Seperti Pandan Lovers, BS FC (Benyamin Sueb Fans Club).

Perayaan ulang tahun Jakarta ke-497 di Setu Babakan tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga menjadi momentum penting dalam upaya pelestarian dan pengembangan budaya Betawi. Semangat kebersamaan dan rasa bangga terhadap warisan budaya yang ditampilkan dalam acara ini diharapkan dapat terus hidup dan berkembang di tengah modernisasi Jakarta.

Workshop Penulisan Artikel Ilmiah: Strategi Komprehensif untuk Publikasi di Jurnal Terindeks Scopus

Universitas Nasional mengadakan workshop penulisan artikel ilmiah dengan tema “Scopus: Strategy A Comprehensive Guide to Academic Writing (Pre-Event ICMAL)” pada Senin, 22 Juli 2024. Acara ini dilaksanakan di Ruang Rapat Cyber dan melalui platform Zoom, serta dihadiri oleh dosen dan mahasiswa. Workshop ini bertujuan untuk memberikan pelatihan mengenai penulisan artikel ilmiah yang dapat diterima dan diterbitkan di jurnal yang terindeks Scopus, serta meningkatkan kualitas dan kuantitas publikasi ilmiah dari para peserta.

Acara ini menghadirkan tiga pembicara ahli di bidang penulisan artikel ilmiah, yaitu Iskandarsyah Siregar, S.S., M.Hum., Ph.D., Prof. Dr. Ir. Edi Sugiono, S.E., M.M., dan Dr. Vivitri Dewi Prasasty. Sambutan pembuka disampaikan oleh Wakil Rektor PPMK, Prof. Dr. Ernawati Sinaga, M.S., Apt., yang menekankan pentingnya publikasi ilmiah dalam meningkatkan reputasi akademik dan kontribusi penelitian. Workshop ini diikuti oleh 24 peserta on-site, 30 peserta online, dan didukung oleh 6 orang panitia yang memastikan kelancaran acara.

Prof. Dr. Ernawati Sinaga, M.S., Apt.

Dr. Vivitri Dewi Prasasty, M.Si., Ph.D.

Prof. Dr. Ir. Edi Sugiono, S.E., M.M.

Iskandarsyah Siregar, S.S., M.Hum., Ph.D.

Diharapkan setelah mengikuti workshop ini, peserta mampu menulis artikel ilmiah yang berkualitas tinggi dan memenuhi standar jurnal terindeks Scopus. Selain itu, para peserta diharapkan dapat meningkatkan publikasi ilmiah mereka dan berkontribusi lebih banyak dalam dunia akademik dan penelitian. Inti dari pembahasan workshop ini adalah teknik dan strategi penulisan artikel ilmiah agar dapat diterima di jurnal yang terindeks Scopus, mencakup cara memilih topik penelitian yang relevan, struktur penulisan yang baik, teknik penulisan yang efektif, serta cara mengatasi proses review dan revisi dari jurnal.

Acara workshop ini berjalan dengan lancar dan mendapat respon positif dari para peserta. Para pembicara memberikan materi yang komprehensif dan bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan penulisan artikel ilmiah peserta. Dengan mengikuti workshop ini, diharapkan para peserta dapat menerapkan ilmu yang didapat dalam penulisan artikel ilmiah mereka, sehingga dapat diterima di jurnal terindeks Scopus dan meningkatkan kontribusi dalam dunia akademik dan penelitian. 

Kegiatan ini akan ditindaklanjuti dengan pendampingan artikel ilmiah untuk disubmisi ke jurnal terindeks Scopus, WoS, atau ISI. Pengumuman resmi mengenai pendampingan ini akan disampaikan pada Pre-Event 2 ICMAL yang akan diselenggarakan pada Agustus 2024.

Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung terselenggaranya acara ini, baik dari panitia, pembicara, maupun peserta. Semoga acara ini memberikan manfaat yang besar dan dapat dilaksanakan kembali di masa mendatang dengan tema yang lebih menarik dan relevan.

Dokumentasi Kegiatan

Eksistensi Budaya Palang Pintu dalam Pembukaan Pernikahan Adat Betawi: Analisis Melalui Perspektif Interaksionisme Simbolik George Herbert Mead

Kelompok etnis Betawi memiliki keragaman budaya yang luas, menghasilkan berbagai perspektif tentang penduduk asli Betawi. Upacara perkawinan merupakan salah satu budaya penting yang menandai peristiwa khusus dan kepercayaan spiritual. Dalam setiap pernikahan adat, kedua mempelai tampil dengan riasan dan busana khas, menandai masa transisi mereka dalam mengambil hak dan kewajiban penuh terhadap masyarakat. Adat istiadat ini merupakan hal yang lazim dan dapat berfluktuasi sesuai dengan kondisi masyarakat. Adat istiadat ini merupakan hal yang umum dan dapat berubah sesuai dengan kondisi masyarakat.

Berdasarkan hasil jurnal penelitian yang dilakukan oleh Sari Tri Anjani, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pandangan masyarakat dan pemahaman terhadap nilai-nilai adat Betawi serta apakah tradisi tersebut masih terus dipraktikkan oleh mereka yang tinggal di kawasan Kampung Budaya Betawi dan sekitarnya. Tradisi ini biasanya berkaitan dengan pertunjukan seni dan budaya setempat, seperti acara pertunjukan randai, saluang, rabab, tarian, dan berbagai kesenian yang berhubungan dengan upacara perkawinan. Tradisi pernikahan semacam ini sangat bergantung pada iklim sosial ekonomi lingkungan sekitar. Pada pembahasan kali ini, objek tradisi pernikahan adat Betawi yang akan dibahas, yaitu palang pintu.

(Sumber: https://www.senibudayabetawi.com/wp-content/uploads/2021/12/1639376899781-scaled.jpg)

Dari 50 responden yang diteliti, 30 orang menggunakan palang pintu dalam acara pernikahan mereka, didalamnya termasuk 2 orang yang bukan masyarakat asli Betawi. Ini menunjukkan bahwa budaya palang pintu Betawi tidak hanya digunakan oleh masyarakat asli Betawi, tetapi juga oleh pendatang atau suku lain. Meskipun demikian, terdapat perbedaan persepsi mengenai makna penggunaan palang pintu dalam pembukaan acara pernikahan. Menurut teori interaksionisme simbolik George Herbert Mead, interaksi sosial terjadi melalui penggunaan simbol-simbol yang bermakna, yang dapat menimbulkan asosiasi dan interaksi antarindividu.

Menurut George Herbert Mead, tindakan manusia dipengaruhi oleh interpretasi mereka terhadap orang lain, objek, dan peristiwa. Tradisi Palang Pintu adalah bentuk interaksi simbolik, di mana setiap langkah dan gerakan memiliki makna khusus bagi pelaku dan penonton. Meskipun tradisi ini telah mengalami modifikasi dan digunakan oleh suku selain Betawi, makna aslinya tetap dipertahankan. Analisis data menunjukkan bahwa baik masyarakat asli Betawi maupun pendatang memahami makna Palang Pintu, menunjukkan bahwa budaya Betawi tetap eksis di era globalisasi ini, meskipun belum sepenuhnya merata. Untuk melestarikan budaya Betawi di tengah multikulturalisme dan globalisasi, diperlukan strategi yang tepat sejak dini.

Kesimpulannya, ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk memulihkan kebudayaan Palang Pintu adat Betawi:

  • Promosi kegiatan: Menggunakan media sosial untuk memperkenalkan Budaya Palang Pintu dengan menyediakan konten menarik dan memanfaatkan dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa asing lainnya. Selain itu, ikut serta dalam event-event kebudayaan tertentu juga dapat menjadi sarana promosi yang efektif.
  • Pengembangan Pendidikan budaya Betawi: Mengembangkan pendidikan budaya Betawi dapat membantu masyarakat untuk memahami makna penggunaan palang pintu dan simbol-simbol dalam pernikahan Betawi, serta mendorong siswa untuk lebih memahami dan melestarikan budaya tersebut.
  • Mengadakan festival kebudayaan setiap tahun: Dengan mengadakan festival kebudayaan setiap tahun, masyarakat atau pengunjung dapat lebih mengenal kebudayaan Palang Pintu Betawi, sehingga memperkuat eksistensi dan pemahaman tentang budaya tersebut.

 

Diplomasi Rempah: Peran Dirjen Kebudayaan dalam Mempererat Negara ASEAN

Jakarta – Asia Tenggara memiliki sejarah yang kaya sebagai pusat perdagangan rempah dunia sebelum bangsa Eropa melakukan eksplorasi, di mana rempah dianggap tidak hanya sebagai komoditas tetapi juga membawa nilai-nilai, tradisi, dan pertukaran budaya. Pada laman surat berita Tempo, dalam rangka memperkuat warisan bersama rempah di kawasan ASEAN, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Ristek menyelenggarakan kegiatan “ASEAN Spice: The Connecting Culture of Southeast Asians” di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Kegiatan ini, yang didukung oleh Sekretariat ASEAN, melibatkan para akademisi dan praktisi dari 11 negara ASEAN dalam berbagai diskusi, kunjungan ke desa rempah, dan kerja sama untuk mengembangkan inovasi terkait budaya rempah dan gastronomi.

 

Menurut Hilmar, rempah memiliki peran yang signifikan dalam mengubah gaya hidup manusia dan harus terus dikembangkan untuk manfaat yang lebih luas. Dia juga menekankan pentingnya kerjasama inovatif antara praktisi dan akademisi ASEAN untuk memperkuat cerita sejarah jalur rempah di komunitas ASEAN. Dafri Agussalim dari Fisipol UGM menyatakan bahwa kegiatan ini krusial karena membantu mengidentifikasi identitas ASEAN melalui jalur rempah, yang selama ini kurang dipahami. Baginya, jalur rempah dapat menjadi titik persatuan bagi negara-negara ASEAN dan memperkuat hubungan di Asia Tenggara.

 

Upaya untuk mengangkat warisan budaya rempah sebagai bagian integral dari identitas ASEAN merupakan langkah yang sangat positif dan relevan. Sejarah panjang perdagangan rempah di Asia Tenggara mencerminkan kekayaan alam, keragaman budaya, dan hubungan antarnegara yang erat. Melalui kegiatan seperti “ASEAN Spice: The Connecting Culture of Southeast Asians”, dapat dipahami lebih dalam pentingnya jalur rempah sebagai sumber persatuan dan kerjasama di antara negara-negara ASEAN. Pengembangan dan promosi budaya rempah akan memperkaya pengalaman wisatawan serta memperkuat kesadaran akan keragaman dan kekayaan budaya di kawasan ini.

Forum Diskusi Literasi Demokrasi 2024: Melestarikan Budaya Papua di Era Digital

KOMPAS.com – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menggelar Forum Diskusi Literasi Demokrasi (FLD) bertajuk “Melestarikan Budaya dan Kearifan Lokal Papua di Era Digital” di Semarang pada Kamis (6/6/2024). Sebelumnya, forum serupa telah diadakan di Kota Bandung dan Surakarta.

(Sumber: https://asset.kompas.com/crops/T93lfT5E8MSAM4-zKqTnN-1HVy0=/1×0:2560×1706/750×500/data/photo/2024/05/05/6636f08447441.jpeg)

Acara ini mendapat sambutan antusias dari ratusan mahasiswa, terutama yang berasal dari Papua. Forum ini menghadirkan narasumber Influencer Papua Michael Jakarimilena dan perwakilan Mahasiswa Papua Semarang, Sonny Asso. Diskusi interaktif tersebut membahas tantangan dan peluang dalam melestarikan budaya Papua di era digital, termasuk peran literasi digital, pemanfaatan teknologi untuk promosi budaya, dan strategi membangun demokrasi inklusif di Papua.

 

Ketua Tim Kerja Informasi dan Komunikasi Politik dan Pemerintahan Kemenkominfo, Agus Tri Yuwono, menyatakan kekagumannya terhadap kekayaan alam dan budaya Papua. “Budaya Papua adalah warisan berharga yang harus dijaga dan dilestarikan, tidak hanya bagi masyarakat Papua tetapi juga bagi seluruh bangsa Indonesia,” ujar Agus dalam rilis pers yang diterima Kompas.com pada Sabtu (8/6/2024).

 

Agus juga menekankan pentingnya platform digital dalam membagikan cerita, seni tradisional, musik, tarian, dan pengetahuan tentang budaya Papua kepada khalayak luas melalui media sosial, website, dan aplikasi mobile.

 

Pemerintah juga mendukung pelestarian budaya Papua melalui pembangunan Papua Youth Creative Hub (PYCH) di Jayapura, yang bertujuan mengembangkan bakat, kreativitas, dan inovasi pemuda Papua di berbagai bidang, seperti fesyen, hiburan, musik, fotografi, dan teknologi. Hal ini sejalan dengan pesan Presiden Joko Widodo yang mendorong pemuda Papua untuk mengejar passion mereka di berbagai bidang.

 

Forum tersebut juga membahas tantangan rendahnya tingkat literasi digital dan kesenjangan infrastruktur digital di Papua yang menghambat upaya pelestarian budaya. Namun, teknologi digital membuka peluang besar untuk mempromosikan budaya Papua kepada audiens yang lebih luas.

 

Michael Jakarimilena menekankan pentingnya konten digital yang menarik dan informatif tentang budaya Papua untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. “Peningkatan literasi digital adalah kunci penting dalam pelestarian budaya Papua,” katanya. Sonny Asso menambahkan bahwa pemberdayaan komunitas lokal juga merupakan faktor penting dalam pelestarian budaya Papua. Komunitas lokal dapat berperan dalam mengembangkan dan mempromosikan konten digital budaya Papua.

 

Kerja sama multi-stakeholder antara pemerintah, swasta, komunitas lokal, dan akademisi diperlukan untuk mendukung upaya pelestarian budaya Papua di era digital. Sonny menyimpulkan, “Dengan mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada, budaya Papua dapat dilestarikan dan diwariskan kepada generasi mendatang. Budaya Papua adalah kekayaan bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan.”

 

Michael dan Sonny juga membagikan tiga solusi konkret untuk pelestarian budaya Papua di era digital: pengembangan konten digital budaya Papua, peningkatan infrastruktur digital, dan kerja sama multi-stakeholder. Dukungan penuh dari Kemenkominfo diharapkan membuat upaya pelestarian budaya Papua lebih efektif dan efisien, sehingga budaya tersebut dapat terus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi mendatang.

 

Pagelaran Sabang Merauke 2024, Ajang Persaingan 50 Penari Daerah
Jakarta – Dilansir dari laman berita Liputan6.com, iForte dan BCA telah menyelenggarakan acara yang bertajuk Pagelaran Sabang Merauke The Indonesian Broadway di tahun 2024 ini. Konsep yang digagas adalah kolaborasi antara musik dan tarian dari berbagai daerah yang ada di Indonesia. Secara detail, penyelenggaraannya mengusung teatrikal kolosal yang menceritakan perjalanan Pahlawan Nusantara dari Sabang sampai Merauke. 

(Sumber : https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQF2LMuCY4HKlubc-a_w1X-QdeH69UJx6wnSA&s )

Rangkaian acara ini meliputi audisi penari yaitu “The Audition” yang bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi para penari daerah untuk menunjukkan kemampuannya lihainya. 

(Sumber : https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2024/05/06/jumpa-pers-pagelaran-sabang-merauke-the-indonesian-broadway-hari-ini.jpeg?w=1200

Sebanyak 124 penari berbakat dari berbagai daerah di Indonesia, dengan latar belakang budaya berbeda dan genre tari berbeda mengikuti “The Audition”. Para kontestan perlu merekam tarian wajib dan tarian kreatif mereka sendiri dan kemudian mengirimkannya ke panitia penyelenggara secara online. Ke-124 penari tersebut kemudian diseleksi dengan cermat dan 50 penari berhasil lolos “The Audition” final yang akan dilaksanakan pada Sabtu, 11 Mei 2024 di Indonesia Raya. Dewan juri terdiri dari penari profesional dan pemerhati seni seperti penari kawakan Didik Nini Thowok, musisi, salah satu penyanyi Sabang Merauke, pemain Broadway Indonesia Isyana Sarasvati, salah satu sutradara Sabang Merauke, pemain Broadway Indonesia Rusmedie Agus, salah satu sutradara Sabang Pelaku Merauke Koreografer Sandhidea Cahyo Narpati dan pengamat seni Giok Hartono dari pertunjukan Broadway Indonesia Sabang Merauke. Kriteria dari “The Audition” dikemukakan oleh dewan juri, seperti Didik Nini Thowok mengatakan bahwa penari harus memperhatikan Wirogo atau gerak, juga Wisongo atau penjiwaan. Menurut Isyana Sarasvati, Penari tentu memiliki musikalitas yang tinggi. Kriteria juga diungkapkan oleh Sandhidea Cahyo Narpati bahwa penari bukan hanya pandai teknik, tetapi memiliki rasa cinta pada budaya.  Rangkaian terakhir dari acara tersebut adalah pementasan yang akan dilakukan pada bulan Agustus 2024. Dimana pementasan akan dilakukan pada tanggal 17 dan 18 Agustus 2024 di JIEXPO Convention Center & Theater Jakarta. 
Facebook
X
LinkedIn
Threads
Telegram
WhatsApp
KAMPUNG BUDAYA SETU BABAKAN SIAP MERIAHKAN HUT KE-497 JAKARTA
Kampung Budaya Setu Babakan telah menyiapkan berbagai acara dan kegiatan menarik untuk merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-497 Jakarta. Berbagai persiapan sudah dilakukan untuk memastikan perayaan ini menjadi momen yang istimewa bagi masyarakat Jakarta, khususnya dalam memperkenalkan dan melestarikan budaya Betawi. Dalam wawancara eksklusif, Plt. Kepala Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi mengungkapkan bahwa mereka telah menyiapkan berbagai acara khusus dan pertunjukan budaya. “Para penampil, baik kesenian maupun lainnya, prioritas pertama adalah masyarakat kawasan Perkampungan Budaya Betawi (PBB),” jelasnya. Ini menunjukkan komitmen Setu Babakan dalam memberdayakan komunitas lokal. Acara perayaan ini juga melibatkan komunitas dan seniman lokal. “Selain memeriahkan dan menyemarakkan hari jadi Kota Jakarta ke-497, acara ini juga menginformasikan dalam konteks Perlindungan, Pelestarian, dan Perkembangan kearifan lokal Jakarta yaitu Budaya Betawi. Ini sangat penting,” katanya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya perayaan ini bagi kelangsungan budaya Betawi. Menurutnya, perayaan HUT Jakarta dapat membantu melestarikan budaya Betawi di tengah modernisasi. “Jakarta sebagai kota Megapolitan adalah salah satu pusat perhatian dari masyarakat luas, sehingga dengan terinformasinya maka secara tidak langsung akan terlestarikan,” tambahnya. Kampung Budaya Setu Babakan juga berkolaborasi dengan berbagai instansi pemerintah seperti Suku Dinas Kebudayaan dan Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta sanggar dan non-sanggar untuk menyelenggarakan acara ini. Dukungan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga sangat terasa dalam bentuk anggaran dan kalender event resmi Jakarta. Untuk mempromosikan acara ini, Unit Pengelola Kawasan (UPK) PBB menggunakan berbagai strategi, baik online maupun offline. “Kami memanfaatkan media sosial, radio, TV, serta media offline seperti poster, spanduk, dan metode ketuk tular,” jelasnya. Meski begitu, persiapan perayaan ini bukan tanpa tantangan. “Banyak yang ingin disampaikan dan ditampilkan, tetapi terbatas ruang dan waktu,” ungkapnya. Namun, semangat untuk menyukseskan perayaan tetap tinggi. Pesan terakhir dari perwakilan Kampung Budaya Setu Babakan kepada masyarakat Jakarta adalah untuk selalu mengikut makna filosofi dari tema HUT DKI Jakarta ke-497. “Perkampungan Budaya Betawi diharapkan selalu dapat melayani masyarakat luas sebagai salah satu pusat informasi dan kreasi kearifan lokal Jakarta sesuai amanah yang diterima, sejalan dengan kemajuan zaman,” tutupnya. Dengan persiapan yang matang dan dukungan dari berbagai pihak, Kampung Budaya Setu Babakan siap untuk menyemarakkan HUT ke-497 Jakarta, sekaligus menjaga dan melestarikan kekayaan budaya Betawi. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi email upkpbbsetubabakan@gmail.com 
Facebook
X
LinkedIn
Threads
Telegram
WhatsApp
Menggugah Selera Dunia: Strategi ‘Food Diplomacy’ untuk Promosi Budaya Indonesia

Jakarta – Dalam artikel yang dimuat di surat kabar VOA, makanan selalu menjadi bagian penting dalam mempromosikan budaya suatu negara, menghasilkan strategi ‘food diplomacy’ yang melibatkan kuliner untuk berbagi dan membangun hubungan persahabatan. William Wongso, seorang pengusaha dan ahli kuliner terkenal di Indonesia, telah mendapatkan berbagai penghargaan internasional atas usahanya dalam mempromosikan budaya melalui makanan. Dalam acara “Flavors of Indonesia: Fine Dining” dan Asian American Expo 2024 di Los Angeles, Chef William bertukar informasi kepada VOA tentang pentingnya memperkenalkan kuliner Indonesia di luar negeri. 

(Sumber : https://images.app.goo.gl/jyg4ANQV9iV7Pxkb7)

(Sumber : https://images.app.goo.gl/C8MYTKZ3pecVSNjw5)

“Kita tidak bisa berdiam diri lagi karena dengan maraknya media sosial saat ini, seluruh dunia sangat antusias untuk mencicipi rasa otentik dari budaya kuliner masing-masing negara, terutama para wisatawan yang mengunjungi suatu negara,” ujarnya.

Di Kemang, Jakarta, Ragil Imam Wibowo berkontribusi dalam diplomasi kuliner dengan membuka restoran Nusa Gastronomy. Chef of The Year 2018 versi Foodies Magazine ini menyatakan bahwa restorannya menyajikan hidangan otentik yang mengandung cerita budaya di balik setiap menunya. Ragil yang juga meraih penghargaan Award of Excellence sebagai Asian Cuisine Chef of the Year pada World Gourmet Summit 2018, kadang bepergian ke luar negeri. Ia menekankan bahwa menarik minat orang untuk datang ke Indonesia sangat penting.

“Ketika orang-orang berbondong-bondong ke Indonesia untuk mencoba makanan Indonesia, menurut saya itulah esensi utama dari diplomasi kuliner, yaitu mengajak orang mencoba rasa makanan hingga datang ke negara tersebut,” katanya.

Di Los Angeles, Linda Lim telah aktif dalam diplomasi kuliner sejak 2015, bermula dari hobinya dan kecintaannya pada Indonesia serta masakan Indonesia, ia menjadi promotor kuliner. Ragil memilih strategi lain dalam diplomasi kuliner dengan menggali dan memperkenalkan menu baru serta mengutamakan teknik memasak. Ia mengamati bahwa orang non-Indonesia lebih menyukai makanan yang dibakar, seperti seafood bakar ala Makassar atau Bali dan aneka sate.

Berita ini menyoroti pentingnya ‘food diplomacy’ sebagai alat efektif untuk mempromosikan budaya suatu negara di kancah internasional. Melalui tokoh-tokoh seperti William Wongso dan Ragil Imam Wibowo, kita dapat melihat bagaimana makanan dapat menjadi duta yang kuat dalam mengenalkan kekayaan budaya Indonesia. Restoran seperti Nusa Gastronomy di Jakarta dan upaya Linda Lim di Los Angeles menunjukkan bahwa kuliner tidak hanya tentang rasa, tetapi juga tentang cerita dan tradisi yang menyertainya. Dengan semakin maraknya media sosial, antusiasme global terhadap rasa otentik semakin meningkat, menjadikan ‘food diplomacy’ sebagai strategi yang semakin relevan untuk menarik minat wisatawan dan memperkuat identitas budaya di dunia internasional.