PUBLIKASI JURNAL PSSN “Health Vitality of the Betawi Language in the Future in Jakarta: A Sociolinguistic Study”
Pusat Studi Sosiobudaya Nusantara telah melakukan riset di Setu Babakan. Telitian ini menganalisis penggunaan bahasa Betawi di wilayah Jakarta. Tujuannya adalah untuk mengetahui vitalitas kesehatan bahasa Betawi di waktu yang akan datang, faktor penyebab bahasa Betawi terancam punah, dan solusi untuk menjaga eksistensi bahasa Betawi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Sosiolinguistik, dan teori pendukung Sosiologi Budaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mix metode, yaitu langkah yang memadukan dua bentuk penelitian yang telah ada sebelumnya (kualitatif dan kuantitatif). Penelitian ini menggunakan teknik observasi dan kuesioner (angket). Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data dengan observasi dan melibatkan pencatatan perilaku subjek. Teknik kuesioner (angket) adalah daftar pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang diselidiki. Hasil yang diperoleh adalah perhitungan penggunaan bahasa Betawi saat ini.
Seperti yang kita ketahui saat ini, bahasa Betawi terlihat sudah hampir mencapai difase “punah”. Karena, sudah jarang sekali kita menemukan seseorang atau kelompok yang menggunakan bahasa Betawi secara intens. Namun, ada lagi praanggapan yang menyatakan bahwa bahasa Betawi belum dinyatakan “punah”, karena masih banyak yang menggunakannya. Di Jakarta, sudah banyak sekali budaya-budaya asing yang masuk dan meracuni para pemuda penerus budaya. Hal ini, menyebabkan terjadinya penyimpangan budaya yang dapat mengakibatkan pengikisan bahkan sampai kepada kepunahan suatu budaya itu sendiri. Sebagai bangsa yang bernasionalisme dengan mencintai budaya sendiri, sudah seharusnya kita menjaga dan melestarikan budaya tersebut.
Pada kesempatan kali ini, peneliti melakukan observasi di tiga wilayah Jakarta, yaitu Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan. Hasil penelitian membuktikan bahwa bahasa Betawi masih sering digunakan di wilayah tersebut. Dari 26 responden, 21 orang masih sering menggunakan bahasa Betawi. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan 80,8% masyarakat Jakarta masih sering menggunakan bahasa Betawi. Masyarakat yang tidak sering atau jarang menggunakan bahasa Betawi ditunjukkan dalam persentase angka sebesar 19,2%. Hal ini membuktikan bahwa bahasa Betawi di Jakarta belum dikatakan “punah”, karena masih ada penutur yang menggunakan bahasa tersebut. Ternyata, setelah melakukan observasi, penggunaan bahasa Betawi ini masih sering digunakan di dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya, penutur yang seperti ini, bertempat tinggal disekitar orang-orang yang masih kental dengan budaya. Dalam arti, mereka tinggal di dalam perkampungan Betawi atau sebagainya. Jadi, mereka akan terus mengikuti alur budaya yang diterapkan dalam lingkungannya. Ada pula yang menggunakannya pada saat bergaul saja. Hal ini dilakukan karena mereka sering menggunakannya pada saat bertemu dengan kerabat sebayanya. Mereka menggunakan bahasa Betawi agar terlihat asik, karena pembawaan bahasa Betawi ini sangatlah santai. Adapula masyarakat yang jarang menggunakannya. Biasanya, penutur yang seperti ini merasa bahwa bahasa Betawi ini sama seperti bahasa Indonesia, dan mereka lebih terbiasa menggunakan bahasa gaul.
![](http://pssn.unas.ac.id/wp-content/uploads/2023/12/sara.jpg)
Leave a Reply