Mahasiswa Sebagai Agent of Change dalam Menjaga Kelestarian Budaya di Era Digital dengan Memanfaatkan Modal Sosial Masyarakat
Mahasiswa yang merupakan aset bagi bangsa memiliki kepentingan untuk melakukan perubahan. Mahasiswa memiliki akses untuk mendapatkan pendidikan dengan mempelajari berbagai bidang keilmuan dan keterampilan. Mahasiswa merupakan agent of change, yang artinya individu – individu yang melakukan tindakan katalis atau pemicu perubahan yang dapat berpengaruh positif maupun negatif. Juga merupakan individu – individu yang bersemangat dalam mendorong individu lainnya serta memiliki keberanian menantang status quo sebagai upaya perubahan.
Perubahan yang terjadi pada semua bidang kehidupan menjadi sangat cepat dan signifikan, sehingga perubahan sosial hendaknya sejalan dengan perubahan dalam bidang ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi. Perubahan sosial yang terjadi merupakan hal yang pasti karena tidak ada masyarakat yang tidak berubah. Agent of change merupakan individu yang membantu dalam melakukan perubahan. Dimana seorang agen perubahan akan menghubungkan objek perubahan seperti inovasi, kebijakan publik, dan lainnya menggunakan sistem sosial untuk melakukan perubahan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi menjadi unsur utama dalam perubahan. Hal ini berkaitan dengan unsur – unsur yang ada di masyarakat yaitu sosial, budaya, ekonomi, serta politik. Sehingga yang menjadi perhatian disini adalah kaitannya dengan budaya. Budaya yang sudah ada sedari zaman nenek moyang perlu diperhatikan akan perubahan – perubahan disekitarnya yang tentu saja akan mempengaruhi kelangsungan budaya tersebut. Mahasiswa dalam hal ini membersamai kebudayaan dalam upaya pelestarian. Mengingat mahasiswa merupakan agen perubahan yang tentunya tidak hanya melakukan perubahan yang sia – sia, tetapi melakukan perubahan yang mengarah pada perbaikan dan pelestarian dari budaya dengan memanfaatkan modal sosial yang ada disekitar mereka alias lingkungan masyarakat.
Berangkat dengan Teori Modal Sosial yang dikemukakan oleh Pierre Bourdieu, mahasiswa sebagai pemeran utama dalam implementasinya. Terdapat dua hal yang menjadikan pemikiran Bourdieu menarik banyak orang, yakni terkait usahanya dalam mengatasi permasalahan dikotomi individu – masyarakat, agen – struktur sosial, dan kebebasan – determinisme. Maka pada akhirnya disebut sebagai strukturalisme genetis, strukturalisme konstruktivis, atau konstruktivisme strukturalis. Bourdieu mengemukakan konsep utamanya yaitu habitus, modal, dan arena (field) untuk menyingkap dominasi di dalam masyarakat, yakni mencari tahu kepemilikan atau akumulasi kepemilikan modal dari masing – masing anggota masyarakat.
Modal sosial berhubungan dekat dengan habitus yang merupakan sebab – sebab dalam pengganda modal secara khusus modal simbolik. Modal sosial menurutnya direalisasikan melalui hubungan – hubungan dan jaringan hubungan – hubungan yang menjadi sumber daya dengan manfaat untuk penentuan dan reproduksi kedudukan – kedudukan sosial. Modal sosial tersebut telah dipunyai oleh pelaku (individu atau kelompok) yang berhubungan dengan pihak lain yang memiliki kekuasaan. Kebudayaan yang beriringan dengan digitalisasi menjadi perhatian khusus bagi setiap unsur masyarakat. Bahkan mahasiswa memiliki peran yang sangat penting dalam kebudayaan tersebut, apalagi mahasiswa merupakan individu yang tentu saja memiliki andil dalam digitalisasi juga. Budaya yang tentu saja merupakan instrumen yang sakral dan dulunya banyak yang tidak mengetahui keberadaannya, tentu menjadi mudah bagi semua individu untuk mengetahuinya sekarang. Hal tersebut dikarenakan media yang berperan langsung dalam penyebarannya, namun yang menjadi kekhawatiran adalah adaptasi – adaptasi dari media terhadap budaya yang kerap kali tidak di filter dengan baik oleh sebagian orang.
Mahasiswa memiliki power dalam mempengaruhi lingkungannya dengan cepat, apalagi ada media atau teknologi yang mereka bawa kemana saja. Sehingga, suatu keniscayaan bahwa mahasiswa dapat melakukan perubahan hanya menggunakan teknologi. Dengan ini dimaksudkan bahwa teknologi dan peran mahasiswa dapat membawa perubahan dan perbaikan sebagai upaya pelestarian kebudayaan untuk mengarah pada dampak positif. Tentunya peran mahasiswa bukan sekedar melalui teknologi, namun peran secara fisik dalam memberikan arahan bagi masyarakat untuk memperoleh manfaat dalam bidang sosial bahkan ekonomi sekalipun.
Leave a Reply