Archives 2022

Turut Berduka Cita

Innalillahi Wa Innailaihi Roji’un. Pada hari ini, Minggu 25 Desember 2022 Babw Ridwan Saidi meninggal dunia pada pukul 08.35 WIB di RSPI Bintaro Tangerang Selatan. Kepala Pusat Studi Sosiobudaya Nusantara Universitas Nasional, Iskandarsyah Siregar, menyampaikan rasa duka yang mendalam atas wafatnya budayawan Ridwan Saidi. “Di balik sikap keras dan kontroversi dari bebeberapa pernyataannya, bang Ridwan merupakan anak bangsa yang sangat ingin agar negeri ini berjaya. Dengan dakwah sejarahnya, ia berusaha untuk mengajarkan pada bangsa ini untuk melek sejarah agar tidak terus tersesat. Bang Ridwan juga tidak takut menabrak karang dalam misinya tersebut”, ujar Iskandarsyah. Iskandarsyah juga mengatakan bahwa Ridwan saidi adat partner diskusi yang tangguh dan menyegarkan. “Beliau pegang banyak referensi data. Banyak yang diperlihatkan ke saya yang saya belum pernah tahu sebelumnya. Yang sering jadi masalah baginya adalah strategi penyampaiaannya”, tambah Iskandarsyah.

Pada tanggal 20 Oktober 2022 lalu, Pusat Studi Sosiobudaya Nusantara mengundang alm. Babe Ridwan untuk menjadi narasumber dalam acara  Talkshow Bincang Budaya dengan tema “Urgensi Ketahanan Budaya Dalam Preservasi Peradaban Nusantara”. Acara tersebut diselenggarakan sebagai bagian dari perayaan ulang tahun Universitas Nasional ke-73.

Siapa Manusia Pancasila Yang Harus Memimpin Indonesia?

Indonesia adalah sebuah negeri yang sangat unik dan spesial. Salah satu faktornya adalah karena Indonesia merupakan sebuah negeri yang bangsanya lahir terlebih dahulu, yang kemudian mendirikan negara. Sebagai pengingat, bangsa Indonesia lahir dalam momentum Sumpah Pemuda tahun 1928. Sedangkan negara Indonesia baru resmi berdiri pada tahun 1945.

Fenomena tersebut mengindikasikan bahwa negara Republik Indonesia tegak dan berjalan dengan landasan nilai-nilai kebangsaan yang luhur. Nilai-nilai yang telah lahir jauh sebelum aturan-aturan bernegara diciptakan. Pertanyaannya, apa komponen nilai-nilai kebangsaan tersebut? Jawabannya adalah Pancasila. Pancasila merupakan hasil perasan dari nilai-nilai tradisi yang sudah teruji ratusan atau bahkan ribuan tahun di bumi Nusantara.

Komponen pembentuk Pancasila yang pertama adalah nilai-nilai KeIlahian. Sebagai sebuah peradaban yang sudah hidup sejak ribuan tahun, manusia Nusantara menyembah Tuhan yang esa sejak dahulu kala. Puncaknya adalah ketika Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-7 Masehi. Bahkan ketika Islam mewarnai dan menginspirasi terbentuknya peradaban madani di Barus (Tapanuli), masyarakat di sana sudah mengadopsi sistem perdagangan yang beradab sesuai tuntunan agama. Pada saat itu, diasumsikan bahwa Barus telah menjadi pusat perdagangan dan jalur rempah dunia. Semua sistem dan aturan yang berlaku saat itu dan pada masa-masa keemasan Nusantara bersumber dari nilai-nilai agama yang sudah pasti tidak terbantahkan kebenaran dan kebaikannya.

Ilmu merupakan partikel yang membuat seseorang menjadi lebih tinggi tingkatan kemuliaannya. Ilmu sendiri merupakan sebuah konsep sistematis yang terdiri atas konstruksi pengetahuan. Ilmu berorientasi pada pemberian manfaat lebih dari sekadar pengetahuan. Maka dari itu, Ilmu harus tersusun secara harmonis. Seperti jargon dalam bahasa Inggris yaitu “Science is harmony”. Harmonisasi hanya mungkin terwujud jika tiap-tiap komponennya bersifat proporsional. Proporsional adalah wujud keadilan. Keadilan adalah penyeimbang utama dalam peradaban. Maka, seorang manusia baru dapat disebut berilmu jika dia bersifat adil dan beradab. Sudah pasti, cara manusia untuk belajar tentang hal ini adalah dengan mempelajari sifat adil Tuhan dan mengaplikasikannya dalam peradaban. Hubungan dengan Tuhan menginspirasi hubungan dengan sesama manusia. Inilah yang menginspirasi terbentuknya komponen kedua dalam Pancasila.

Nilai-nilai persatuan telah lama hidup dalam masyarakat Nusantara. Konsep Bersatu dalam peradaban Nusantara inilah yang diserap masuk sebagai komponen ketiga Pancasila. Bersatu dalam Pancasila tidak berarti membuat semua menjadi seragam. Apalagi memaksa hilangnya identitas atau jati diri seseorang yang telah terbentuk oleh nilai-nilai Agama atau tradisi etnisnya. Bersatu dalam perspektif Pancasila adalah membuat harmonisasi beragamnya khasanah bangsa secara adil dan beradab, sehingga melahirkan harmonisasi kebangsaan yang indah dan bergairah. Inilah yang membuat bangsa Indonesia menjadi kuat dan kaya. Bhineka Tunggal Ika. Berbeda-beda tapi tetap bersatu jua. Perbedaan yang saling menghormati keyakinan masing-masing. Tidak memaksa yang lain untuk berubah seperti dirinya. Tidak menghalangi dan mengganggu yang lain untuk menjalankan segala keyakinan dalam agama dan keluhuran tradisinya. Bersatu dalam rasa adil untuk tetap menjaga peradaban yang madani.

Sejak lama, ratusan tahun, para raja, sultan, dan pemangku adat telah memimpin rakyatnya dengan penuh hikmah dan kebijaksanaan. Hikmah di sini bermakna nilai-nilai kebenaran yang disampaikan secara tepat untuk tujuan kebaikan. Sedangkan kebijaksanaan bermakna pengindah atau ornamen estetik dari implementasi hikmah tersebut. Para pemimpin ini sangat memahami bahwa rakyatnya memiliki kualitas yang berbeda-beda. Untuk itulah mereka dengan rasa tanggung jawab dan kasih sayang memutuskan segala sesuatunya dengan bermusyawarah bersama para ahli dan mewakili segala kepentingan rakyatnya tersebut demi memberi kemanfaatan dan kebaikan untuk semua. Para ahli ini adalah mereka yang dalam tunduknya pada Tuhan, senantiasa menggunakan ilmunya dalam memimpin tiap-tiap kebijakan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Sikap “leadership” inilah yang menginspirasi terbentuknya sila keempat Pancasila.

Semua hal tersebut pada hakikatnya adalah berorientasi pada rasa keadilan. Keadilan yang dimaksud di sini adalah keadilan antara manusia dengan sesama manusia dan antara manusia dengan seluruh alam. Betapa indahnya apabila setiap manusia senantiasa mencari kebaikan dan kebahagiaanya dengan hanya melakukan apa yang diperintah oleh Tuhannya dan menjauhi apa yang dilarang oleh Tuhannya. Sikap tersebut haruslah dipandu oleh ilmu yang tepat. Ilmu yang diberikan langsung oleh Tuhan melalui para nabi dipersatukan dengan ilmu yang dicari dengan penuh hikmah dan kebijaksanaan akal manusia. Visi besar inilah yang sebenarnya ingin dikejar oleh para perumus Pancasila. Visi besar yang dituangkan dalam sila kelima Pancasila.

Berdasarkan pandangan-pandangan tersebut, siapa sebenarnya yang disebut manusia Pancasila? Manusia Pancasila adalah manusia yang senantiasa bertakwa pada Tuhannya, berjalan dengan landasan ilmu agama dan sains terapan secara harmoni, memiliki orientasi untuk menjaga persatuan, memimpin dengan penuh hikmah secara bijaksana, dan bersikap adil terhadap dirinya, orang lain, dan seluruh alam.

Siapa dia? Kamu? Saya? Dia? Kita atau bukan? Kita bahas lebih dalam nanti.

 

Iskandarsyah Siregar

Kepala Pusat Studi Sosiobudaya Nusantara

TALKSHOW BINCANG BUDAYA NUSANTARA

Jakarta, 20 Oktober 2022, Pusat Studi Sosiobudaya Nusantara mengadakan Talkshow Bincang Budaya dengan tema “Urgensi Ketahanan Budaya Dalam Preservasi Peradaban Nusantara”. Acara tersebut diselenggarakan sebagai bagian dari perayaan ulang tahun Universitas Nasional ke-73. Acara ini dilaksanakan secara hybrid (luring dan daring) yang berlokasi di gedung Cyber Auditorium Universitas Nasional.

Menurut Iskandarsyah Siregar, S.S., M.Hum. selaku Kepala Pusat Studi Sosiobudaya Nusantara, acara ini bertujuan untuk merangsang minat para anak muda untuk peduli dengan kebudayaan asli Indonesia. Menurutnya, jika kebudayaan hilang, artinya hilangnya nilai dan peradaban sehingga kebudayaan perlu dijaga dan dilestarikan secara bersama-sama.

Terkait dengan fenomena budaya asing yang banyak digandrungi oleh kaum muda,  Kepala Pusat Studi Sosiobudaya Nusantara menyatakan bahwa budaya asing memiliki sumber daya yang besar sehingga dapat mengintervensi budaya negara lain seperti Indonesia. Untuk mencegah hal itu, bangsa Indonesia harus menguatkan ideologi pembelaan. 

“Jadi mulailah menikmati budaya sendiri. Lagu sendiri, tari sendiri dan berasal dari negara kita sendiri. Bukan tidak boleh menikmati yang dari luar tapi kita harus bela lebih dulu budaya kita sendiri,” kata Iskandarsyah Siregar.

Acara ini dihadiri oleh 4 Narasumber, diantaranya adalah Samsur Rijal Yahaya, S.S., MMLS, Ph.d (Kepala Dewan Pakar Pusat Studi Sosiobudaya Nusantara), M. Kadek Rihardika (Musisi), Yahya Andi Saputra (Budayawan Betawi), Ridwan Saidi (Budayawan dan Sejarawan Betawi). Tidak hanya itu, dalam acara talkshow ini, dimeriahkan juga dengan penampilan tari tradisional Betawi dari club tari Fakultas Bahasa dan Sastra.  

Acara tersebut dipanitiai oleh tim Junior Researcher dari Pusat Studi Sosiobudaya Nusantara, Universitas Nasional, yang terdiri dari Hannan Ghifari (FE), Sara Dwi Anjani (FBS), Sari Tri Anjani (FISIP), dan Ahmad Said Saputra (FISIP).

NARASUMBER
NARASUMBER DARING
PANITIA PELAKSANA
CLUB TARI FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
PESERTA TALKSHOW

LOKAKARYA LINGUISTIK TERAPAN DAN MULTIDISIPLIN

METODE PENGAJARAN, PENELITIAN, DAN PENERAPAN LINGUISTIK TERAPAN SEBAGAI IMPLEMENTASI PERSPEKTIF MULTIDISIPLIN 

Jakarta, 27 Sepetember 2022, Pusat Studi Sosiobudaya Nusantara mengadakan Workshop Lokakarya dengan tema “Metode Pengajaran, Penelitian, dan Penerapan Linguistik Terapan Sebagai Implementasi Perspektif Multidisiplin”.

Acara tersebut bertujuan untuk memberikan sebuah edukasi untuk melaksanakan pengajaran, dan penelitian dengan baik, yang didukung oleh perspektif multidisiplin.

Pemaparan Metode Pengajaran dan Penelitian Penerapan Linguistik Terapan Sebagai Implementasi Perspektif Multidisiplin

Sesi Diskusi

Prof. Dr. Samsur Rijal Yahaya mengatakan bahwa linguistik terapan itu dapat memecahkan solusi dari sebuah permasalahan. Berangkat dari linguistik terapan ini, semua dapat dikaji dengan menggunakan teori linguistik umum dan satu disiplin ilmu yang lainnya. Dalam seminar ini, Prof. Dr. Samsur Rijal Yahaya memberikan arahan untuk melakukan penelitian. Dimulai dari bagaimana caranya memproses sebuah data, sampai menentukan teori yang sesuai dengan data.

Prof. Dr. Samsur Rijal Yahaya yang berperan sebagai narasumber kunci sekaligus ketua dewan pakar PSSN memaparkan bahwa lahan untuk Linguistik Terapan nyaris tanpa batas. Linguistik terapan ini berkolaborasi dengan banyak cabang ilmu, yaitu  antropologi/etnografi, sosiologi, psikologi, visualogi, forensic, kesusastaraan, musik, filologi dan telaah naskah.

PESERTA LOKAKARYA

Acara tersebut dipanitiai oleh tim Junior Researcher dari Pusat Studi Sosiobudaya Nusantara bersama dengan Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Nasional, yang terdiri dari Sara Dwi Anjani (FBS), Sari Tri Anjani (FISIP), Ahmad Said (FISIP), dan Hannan Ghifari (FE), Muhammad Ilham Pratama Hasri (SASING), Daffa Putra Pratama (SASJEP), Kinanti Afflaha Nissa (SASINA), Angeli Virginia Agustin (SASING), Muhammad Daffa Rianto (SASING). Fotografer etnik professional Indra “Bagol” Gunawan juga ikut berpartisipasi pada acara tersebut.

WORKSHOP LINGUISTICS AND MULTIDISCIPLINARY DISCUSSION ON THE JOURNEY OF MUSIC PERFORMANCE

 

Jakarta, 16 Sepetember 2022, Pusat Studi Sosiobudaya Nusantara mengadakan Workshop dengan tema “Discussion on The Journey of Music Performance”. Acara tersebut diselenggarakan sebagai bagian dari implementasi Kerjasama Universitas Nasional dengan Universiti Malaya.

Acara tersebut bertujuan untuk memberikan sebuah perspektif multidisiplin terhadap bagaimana memandang perjalanan sejarah penampilan music dalam kaitannya dengan dinamika peradaban dunia.

Dr. Samsur Rijal Yahaya

Dr. Samsur Rijal Yahaya yang berperan sebagai narasumber kunci sekaligus ketua dewan pakar PSSN memaparkan bahwa musik memiliki simbol-simbol tertentu yang bertujuan untuk menyampaikan pesan. Simbol-simbol tersebut muncul dalam wujud elemen-elemen syair, citra visual, koreografi, maupun bunyi tertentu.

Iskandarsyah Siregar, S.S., M.Hum.

Kepala Pusat Studi Sosiobudaya Nusantara, Iskandarsyah Siregar, S.S., M.Hum. menambahkan bahwa di dalam sebuah lagu, unsur segmental dan suprasegmental saling berkait dan berkelindan menjadi satu kesatuan yang menentukan penerimaan dan pemaknaan lagu tersebut oleh pemirsanya.

Drs. Somadi Sosrohadi, M.Pd

Acara ini juga dihadiri oleh Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra Bapak  Drs. Somadi Sosrohadi, M.Pd yang memberikan sambutan pembukaan pada acara Workshop ini.

Rafi Mohd dan Kadek Rahardika

Rafi Mohd, dosen Faculty of Creative Arts di Universiti Malaya dan Maestro gitar asal Bali, Kadek Rihardika yang pada kesempatan itu juga mempresentasikan dua buah lagu ciptaan mereka dengan genre instrumentalis. Mereka berdua juga memberikan deskripsi dari lagu-lagu tersebut dalam perspektif Sosiosemiotik.

Birgitta Abeysekra

Brigitta Abeysekra juga hadir sebagai perwakilan mahasiswa Faculty of Creative Arts. Dia juga bercerita tentang orientasinya dalam bersekolah musik.

Sara Dwi Anjani, Ahmad Said Saputra, Hannan Ghifari, dan Sari Tri Anjani

Acara tersebut dipanitiai oleh tim Junior Researcher dari Pusat Studi Sosiobudaya Nusantara, Universitas Nasional, yang terdiri dari Sara Dwi Anjani (FBS), Sari Tri Anjani (FISIP), Ahmad Said Saputra (FISIP), dan Hannan Ghifari (FE). Fotografer etnik professional Indra “Bagol” Gunawan juga ikut berpartisipasi pada acara tersebut.

Foto Kegiatan

Master of Ceremony (MC) Workshop Linguistics And Multidisciplinary Discussion On The Journey Of Music Performance

Pemberian Cinderamata Plakat dan Souvenir

Penampilan Instrumen Musik

Penampilan Musik oleh seluruh pengisi acara, Iskandarsyah Siregar and Folks.

Pemaparan materi oleh Bapak Dr. Samsur Rijal Yahaya

Audiens

Q&A

Bernyanyi Bersama

Foto Bersama