Eksistensi Budaya Palang Pintu dalam Pembukaan Pernikahan Adat Betawi: Analisis Melalui Perspektif Interaksionisme Simbolik George Herbert Mead

Kelompok etnis Betawi memiliki keragaman budaya yang luas, menghasilkan berbagai perspektif tentang penduduk asli Betawi. Upacara perkawinan merupakan salah satu budaya penting yang menandai peristiwa khusus dan kepercayaan spiritual. Dalam setiap pernikahan adat, kedua mempelai tampil dengan riasan dan busana khas, menandai masa transisi mereka dalam mengambil hak dan kewajiban penuh terhadap masyarakat. Adat istiadat ini merupakan hal yang lazim dan dapat berfluktuasi sesuai dengan kondisi masyarakat. Adat istiadat ini merupakan hal yang umum dan dapat berubah sesuai dengan kondisi masyarakat.

Berdasarkan hasil jurnal penelitian yang dilakukan oleh Sari Tri Anjani, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pandangan masyarakat dan pemahaman terhadap nilai-nilai adat Betawi serta apakah tradisi tersebut masih terus dipraktikkan oleh mereka yang tinggal di kawasan Kampung Budaya Betawi dan sekitarnya. Tradisi ini biasanya berkaitan dengan pertunjukan seni dan budaya setempat, seperti acara pertunjukan randai, saluang, rabab, tarian, dan berbagai kesenian yang berhubungan dengan upacara perkawinan. Tradisi pernikahan semacam ini sangat bergantung pada iklim sosial ekonomi lingkungan sekitar. Pada pembahasan kali ini, objek tradisi pernikahan adat Betawi yang akan dibahas, yaitu palang pintu.

(Sumber : https://images.app.goo.gl/gLbBuxiVopHTPxgt6)

Dari 50 responden yang diteliti, 30 orang menggunakan palang pintu dalam acara pernikahan mereka, didalamnya termasuk 2 orang yang bukan masyarakat asli Betawi. Ini menunjukkan bahwa budaya palang pintu Betawi tidak hanya digunakan oleh masyarakat asli Betawi, tetapi juga oleh pendatang atau suku lain. Meskipun demikian, terdapat perbedaan persepsi mengenai makna penggunaan palang pintu dalam pembukaan acara pernikahan. Menurut teori interaksionisme simbolik George Herbert Mead, interaksi sosial terjadi melalui penggunaan simbol-simbol yang bermakna, yang dapat menimbulkan asosiasi dan interaksi antarindividu.

Menurut George Herbert Mead, tindakan manusia dipengaruhi oleh interpretasi mereka terhadap orang lain, objek, dan peristiwa. Tradisi Palang Pintu adalah bentuk interaksi simbolik, di mana setiap langkah dan gerakan memiliki makna khusus bagi pelaku dan penonton. Meskipun tradisi ini telah mengalami modifikasi dan digunakan oleh suku selain Betawi, makna aslinya tetap dipertahankan. Analisis data menunjukkan bahwa baik masyarakat asli Betawi maupun pendatang memahami makna Palang Pintu, menunjukkan bahwa budaya Betawi tetap eksis di era globalisasi ini, meskipun belum sepenuhnya merata. Untuk melestarikan budaya Betawi di tengah multikulturalisme dan globalisasi, diperlukan strategi yang tepat sejak dini.

Kesimpulannya, ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk memulihkan kebudayaan Palang Pintu adat Betawi:

  • Promosi kegiatan: Menggunakan media sosial untuk memperkenalkan Budaya Palang Pintu dengan menyediakan konten menarik dan memanfaatkan dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa asing lainnya. Selain itu, ikut serta dalam event-event kebudayaan tertentu juga dapat menjadi sarana promosi yang efektif.
  • Pengembangan Pendidikan budaya Betawi: Mengembangkan pendidikan budaya Betawi dapat membantu masyarakat untuk memahami makna penggunaan palang pintu dan simbol-simbol dalam pernikahan Betawi, serta mendorong siswa untuk lebih memahami dan melestarikan budaya tersebut.
  • Mengadakan festival kebudayaan setiap tahun: Dengan mengadakan festival kebudayaan setiap tahun, masyarakat atau pengunjung dapat lebih mengenal kebudayaan Palang Pintu Betawi, sehingga memperkuat eksistensi dan pemahaman tentang budaya tersebut.

Pagelaran Kenduri Seni Melayu 2024: Melestarikan Budaya Melayu di Batam

BATAM – Pagelaran Kenduri Seni Melayu (KSM) kembali dihelat di Area Parkir Kawasan Harbour Bay, Batam, Kepulauan Riau (Kepri) pada tanggal 7-9 Juni 2024. Acara yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Batam ini mengangkat tema “Membalut Seni Dalam Tradisi” dan menampilkan rangkaian atraksi kesenian Melayu, Nusantara, serta dari negara-negara rumpun Melayu.

(Sumber : https://images.app.goo.gl/9FLXssQdFqLe9vCH8)

Kenduri Seni Melayu kali ini menghadirkan berbagai kegiatan menarik, termasuk pertunjukan seni yang lebih variatif, seminar budaya, permainan rakyat, pameran koleksi Museum Raja Ali Haji, serta bazaar kuliner dan UMKM. Malam pembukaan dimeriahkan dengan lantunan lagu-lagu, musik, dan tari-tarian Melayu, yang berhasil menciptakan suasana meriah.

Wali Kota Batam, Muhammad Rudi, mengajak seluruh masyarakat untuk turut serta memeriahkan acara ini. “Mari bersama memeriahkan dan melestarikan budaya Melayu di Kepri,” ujarnya, Sabtu (8/6/2024).

Budaya Melayu yang kental di Kota Batam menjadi akar budaya lokal yang kemudian dimanifestasikan dalam event tahunan ini. Pagelaran ini memberikan kesempatan kepada para pelaku seni untuk menampilkan kreativitas mereka, sekaligus melestarikan budaya Melayu di Batam.

Sejalan dengan agenda Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Kenduri Seni Melayu terpilih sebagai salah satu dari 110 Karisma Event Nusantara (KEN). Program ini bertujuan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara dan menggerakkan wisatawan nusantara agar berwisata di Indonesia.

“Kenduri Seni Melayu merupakan upaya menumbuhkembangkan seni budaya Melayu di Kota Batam sekaligus menjadi daya tarik wisata. Kegiatan ini juga diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan jumlah wisatawan dan berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat setempat,” kata Nia Niscaya, Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama, dalam pembukaan acara Kenduri Seni Melayu.

Tahun ini, acara tersebut juga mengundang seniman dari Brunei Darussalam dan Kuala Lumpur untuk memperkenalkan dan memeriahkan kesenian Melayu, menambah warna dan keragaman dalam pagelaran tersebut.

 

Etika Dan Perilaku Masyarakat Indonesia Dalam Menggunakan Media Sosial

(Photo by Árpád Czapp on Unsplash)

Sebagai individu yang hidup bersama, manusia sudah menjadi sebuah kewajiban dalam kehidupan sehari-hari. Setiap berkomunikasi pasti ada interaksinya, kita perlu bersikap sopan agar kita bisa saling menghormati dan bersikap sopan. yang tidak hanya ada di dunia nyata namun juga ada di dunia maya, salah satunya adalah media sosial. Setiap orang, berapapun usianya, menggunakan media sosial di berbagai platform untuk terhubung dan berkomunikasi. Pengguna dapat mengakses dan berbagi informasi dari seluruh dunia dengan sangat bebas dalam waktu singkat. Dan dengan ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana etika masyarakat dalam menggunakan media sosial. 

 

Meluasnya penggunaan media sosial membawa dampak negatif, salah satunya adalah penyalahgunaan media sosial atau kegagalan pengguna media sosial dalam menaati aturan etika atau kesantunan. Misalnya, ketika mengakses platform media sosial, kita bisa dengan mudah menjumpai konten-konten sensitif, seperti konten yang bertema politik, suku, agama, dan ras. Komentar yang tidak lagi menghormati norma etika yang ada di masyarakat Indonesia. Penyebabnya adalah kurangnya kesadaran pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menjaga etika dalam menggunakan media sosial. Masyarakat Indonesia selama ini merupakan negara yang menjunjung tinggi tingkat kesopanan dan keramahan, terbukti dengan Indonesia menempati peringkat ketujuh dalam masyarakat paling ramah di dunia. Oleh karena itu, dapat disimpulkan jika berinteraksi langsung dengan manusia. Mereka mengucapkan setiap kata dengan lebih hati-hati untuk menghindari cibiran kasar.

 

Namun, itu hanya 1.800 dibandingkan yang terjadi di media sosial. Netizen Indonesia dinobatkan sebagai pengguna internet paling tidak sopan di Asia Tenggara, menurut laporan Digital Civilization Index (DCI). Menurut data yang disediakan oleh Microsoft, tingkat kesopanan di Indonesia telah merosot menjadi 76, dan angka yang lebih tinggi menunjukkan kesopanan yang lebih tinggi. Secara umum moral sering disamakan dengan akhlak, dan orang yang tidak bermoral sering disebut tidak bermoral karena perbuatan dan perkataan yang dilakukan tidak dianggap baik atau buruk, karena menyangkut penilaian baik dan buruk, nilai baik, nilai buruk harus diamalkan dan buruk. nilai-nilai harus dihindari. Penerapan etika dalam menggunakan media sosial harus dilakukan oleh setiap elemen pengguna media sosial, tidak hanya media sosial saja, namun dalam penggunaan internet, penerapan etika menyebarkan juga mencakup komunikasi yang santun.

 

Pentingnya penanaman etika komunikasi sejak dini, karena jika etika bermedia sosial tidak diajarkan sejak dini maka generasi penerus pengguna media sosial tidak akan tahu bagaimana cara beretika di media sosial. Mungkin saat menggunakan media sosial niatnya untuk menghibur diri sendiri, namun akhirnya malah terjebak di balik jeruji besi. Pasal 27 hingga 30 UU ITE mengatur penggunaan media sosial namun hal ini tidak diterapkan dengan baik dan penggunaan media sosial memerlukan komunikasi yang beretika dan peran etika adalah meminimalisir reaksi negatif terhadap postingan. mengirim. Perlunya pengetahuan tentang etika komunikasi dalam menggunakan media sosial dapat membantu mengoptimalkan pesatnya perkembangan komunikasi dan pemikiran dalam penggunaan media sosial.

 

Implementasi etika komunikasi sangatlah sangat penting ditanamkan sejak dini, karena apabila tidak diajarkan etika bermedia sosial sejak dini, maka kedepannya generasi yang menggunakan media sosial tidak mengetahui bagaimana beretika dalam media sosial. Bisa jadi ketika dalam menggunakan media sosial niat hati ingin menghibur diri malah terjebak dalam jeruji besi. Cara dalam bermedia sosial telah diatur dalam undang-undang sebagaimana diatur pada Undang-Undang ITE Pasal 27-30, akan tetapi hal tersebut belum diterapkan dengan baik, etika komunikasi dalam menggunakan media sosial diperlukan, di mana etika berfungsi untuk meminimalisir tanggapan negatif dari postingan yang dikirimkan. Perlunya pengetahuan tentang etika komunikasi dalam menggunakan media sosial yang berguna untuk mengoptimalkan perkembangang komunikasi yang pesat dan pemikiran dalam menggunakan media sosial. Etika dalam menggunakan media sosial harus dapat diterapkan pada setiap pengguna internet di Indonesia, dan disarankan agar setiap instansi dapat memberikan informasi atau pengetahuan mengenai cara menggunakan media sosial dengan benar.

Pelestarian Budaya oleh Muda Mudi Bandung dengan Menggelar Festival Budaya, Olahraga, dan Jajanan Anak Muda (Bojana)

Berdasarkan berita dari DetikJabar, anak muda di Bandung menunjukkan inisiatifnya untuk melestarikan budaya atau dalam bahasa Sunda nya “Ngamumule” dengan melangsungkan Festival Budaya, Olahraga, dan Jajanan Anak Muda (Bojana) pada tanggal 25 sampai 26 Mei 2024. 

(Sumber : https://images.app.goo.gl/Gk1vzDuSDJraDN6W8)

Festival dilangsungkan sebagai sebuah misi untuk melestarikan budaya dan olahraga yang ada di Indonesia. Festival tersebut tentunya diinisiasi oleh Lukis Creative yang merupakan perwujudan simbol anak muda dan yang menjadi ketua penyelenggaranya adalah Dinar Adhiyanti. Berlokasikan di Bandung, lebih tepatnya di Kiara Artha Park yang merupakan salah satu ikon pariwisata Kota Kembang. Pada festival ini, terdapat lebih dari 40 varian jajanan dan makanan khas Indonesia yang tentunya sebagai magnet bagi para pengunjung. 

 

Menurut Dinar Adhiyanti, Festival Bojana bertujuan untuk mengajak anak muda untuk turut serta dalam pelestarian budaya Indonesia dengan variasi jajanan dan makanan khas Indonesia yang melimpah, serta festival olahraga yang dapat diikuti. Berdasarkan rundown yang ada, acara dimulai dengan fun bike collaboride yang digelar pada hari Sabtu (25/5) yang bertepatan dengan Road to World Bicycle Day 2024 dan pendaftaraan dapat dilakukan ditempat acara. Selanjutnya acara digelar pada Minggu (26/5) yakni penyelenggaraan sesi olahraga bersama Beddu dan komunitas Roundnet Indonesia, kemudian dilanjutkan dengan zumba yang dipandu oleh Asri Welas yang merupakan ambassador Zumba Indonesia. Bersamaan di hari itu, terdapat perlombaan yang diperuntukkan untuk anak usia 3 sampai 6 tahun yakni lomba mewarnai dan untuk anak 7 sampai 12 tahun adalah lomba menggambar. 

 

Pada Acara kick off Festival Bojana 2024 turut dimeriahkan oleh beberapa artis ternama seperti Andien, Asri Welas, Beddu, Candil feat Odeu & Hilal NAFF Band, juga MLU featuring Gangga dan Rudy Nugraha. Untuk hostnya adalah Shita Priwit, dan tentunya acara diselenggarakan tanpa biaya atau gratis untuk seluruh pengunjung. 

Menggali Potensi Budaya: Kunci Sukses Pembangunan Berkelanjutan

Jakarta- Berdasarkan berita yang diperoleh pada laman TribunSumsel.com menggarisbawahi bahwa kebudayaan belum menjadi fokus utama dalam kebijakan. Meskipun seringkali hanya dianggap sebagai pelengkap atau hiburan semata dalam ruang publik, kebudayaan sebenarnya memiliki potensi besar dalam membangun peradaban suatu wilayah.

Kongres Kebudayaan Indonesia tahun 2023 menyoroti pentingnya peran kebudayaan dalam pembangunan nasional. Penelitian yang dirilis oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbud Ristek) menunjukkan bahwa ada korelasi kuat antara Indeks Pembangunan Kebudayaan dengan indikator-indikator lain yang mencerminkan kondisi ekonomi, sosial, dan politik suatu negara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi dimensi ekonomi budaya dalam Indeks Pembangunan Kebudayaan, semakin rendah tingkat kemiskinan masyarakatnya. Peningkatan dalam dimensi ekonomi budaya memiliki dampak yang negatif terhadap tingkat kemiskinan, dengan nilai korelasi sebesar minus 0,31. Artinya, peningkatan ekonomi budaya berpotensi mengurangi tingkat kemiskinan, sementara penurunannya dapat meningkatkan kemiskinan.

Mengacu pada hal tersebut, pentingnya menghargai dan melestarikan budaya sebagai milik publik untuk memberi manfaat bagi generasi saat ini dan mendatang menjadi sorotan utama. UNESCO telah mengakui Indonesia sebagai negara adidaya budaya sejak 2017, menunjukkan kekayaan sumber daya budaya yang tinggi di negaranya. Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa kekuatan budaya merupakan modal utama dalam pembangunan negara, menyebut kebudayaan sebagai “DNA” bangsa Indonesia. Jika dimanfaatkan dengan baik, kebudayaan dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan sosial dan ekonomi.

Contoh negara seperti Amerika Serikat, India, dan Korea Selatan menunjukkan bahwa industri budaya seperti film dan musik dapat memberikan pendapatan besar dan penyerapan tenaga kerja yang signifikan. Indonesia, dengan kekayaan budaya di berbagai daerah, memiliki potensi besar untuk mengembangkan sumber daya ini sebagai pengungkit ekonomi dan sosial. Pemimpin daerah berperan penting dalam memaksimalkan potensi budaya melalui pembinaan dan pelestarian budaya lokal. Data Pokok Kebudayaan bisa menjadi dasar untuk mengukur potensi daerah dan menyusun Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah. Proses melindungi, mengembangkan, memanfaatkan, dan membina potensi budaya dapat memberikan kontribusi besar bagi pembangunan daerah dan mempercepat roda pembangunan jika seni budaya dikerjasamakan dengan dunia usaha.

Menyelamatkan Bahasa Betawi: Sebuah Tinjauan Sosiolinguistik di Jakarta Selatan

Seperti yang kita ketahui, bahasa Betawi saat ini sedang mengalami pergeseran atau hampir masuk ke dalam kategori punah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam artikel “Penemuan Bahasa yang Hampir Punah” yang dimuat di surat kabar Tempo pada 18 Maret 2012, terdapat 756 bahasa daerah di Indonesia. Hal ini diatur dalam UU Pemerintahan Negara No. 22 Tahun 1999, yang memberikan tanggung jawab kepada pemerintah negara bagian untuk menangani bahasa dan sastra. Sekitar 30% bahasa daerah saat ini terancam punah di Indonesia, salah satunya adalah bahasa Betawi. Fenomena kepunahan bahasa daerah di Indonesia nampaknya menjadi isu yang menarik perhatian banyak sarjana, khususnya ahli bahasa. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyelamatkan bahasa daerah yang terancam punah. Tentu sangat masuk akal mengingat Indonesia memiliki bahasa daerah terbanyak kedua di dunia setelah Papua Nugini. Beberapa bahasa tersebut termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia, dan sebagian lagi termasuk dalam rumpun bahasa non-Austronesia (Papua). Terkait hal ini, Sara mencari tau tentang kondisi kesehatan Bahasa Betawi saat ini. Dalam hal ini, Sara, Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Nasional melakukan penelitian guna mencari kebeneran terhadap isu-isu yang telah disebutkan. Dalam penelitiannya, Sara menggunakan dua teori untuk memecahkan masalah ini. Ia menggunakan teori sosiolinguistik dan sosial budaya. 

Dalam kehidupan sosial, tidak mungkin seseorang hidup sendiri tanpa kehadiran atau keterlibatan orang lain. Seseorang mengekspresikan keberadaan, minat, dan pendapat mereka, untuk mempengaruhi orang lain demi keuntungan mereka sendiri, keuntungan kelompok, atau kebaikan bersama. Dalam arti luas, bahasa adalah alat komunikasi. Sosiolinguistik mempelajari bahasa dengan mempertimbangkan hubungannya dengan masyarakat, khususnya dengan penuturnya. Oleh karena itu, jelas bahwa Sosiolinguistik berfokus pada hubungan antara aspek linguistik dan aspek sosial sosiologi (Abdurrahman, 2011). Durkheim mengatakan bahwa budaya, baik yang berwujud maupun tidak berwujud, memiliki kekuatan untuk menegaskan nilai solidaritas yang dapat diwujudkan melalui partisipasi individu dalam ritual atau budaya, artinya individu berpartisipasi dalam pelestarian dan pemeliharaan budaya tersebut. 

Saat ini masyarakat Betawi hanya tersebar disekitar wilayah Jakarta, seperti Cengkareng, Tanah Abang, Srengseng Sawah dan Cempaka Putih. Nasib bahasa Betawi begitu memprihatinkan sehingga jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik lisan maupun tulisan, dikalangan masyarakat Betawi. Linguistik umum melihat bahasa sebagai sistem tertutup, sistem yang berdiri sendiri terlepas dari hubungannya dengan struktur masyarakat. Pada saat yang sama, dalam sosiolinguistik bahasa dipandang sebagai suatu sistem yang berkaitan dengan struktur masyarakat yang tidak lepas dari karakteristik penutur dan nilai-nilai sosial budaya yang dianutnya oleh penutur itu sendiri. 

Generasi yang lebih dulu mengenal bahasa Betawi harus memperkenalkannya kepada generasi selanjutnya. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kepunahan bahasa daerah, yaitu bahasa Betawi. Bahasa Betawi sudah lama tidak digunakan pada aktivitas keseharian. Bahasa Betawi ini hanya digunakan di beberapa kampung tertentu saja, dan digunakan pada saat pementasan budaya. Padahal, seharusnya bahasa Betawi ini tetap terus dijalankan dan disebarluaskan agar diketahui oleh masyarakat Jakarta. Tidak semua orang tahu dan mengerti kosakata bahasa Betawi. Hal tersebut sangat disayangkan. Dahulu, Jakarta bernama Batavia dan dihuni oleh masyarakat Betawi yang tersebar menjadi Betawi Pinggir, Betawi Udik, dan Betawi Tengah. Beribu-ribu kosakata dimiliki oleh bahasa Betawi. Namun, tidak semua orang tahu dan mengerti apa saja kosakata tersebut.

Peneliti mengambil sampel kosakata bahasa Betawi dari kamus bahasa Betawi sebanyak 572 kosakata yang ditulis dan disebar kepada 10 responden. Peneliti meminta para responden untuk mengisi arti dari kosakata tersebut. Hasil menunjukkan bahwa bahasa Betawi benar mengalami kepunahan. Hasil riset menunjukkan dari 10 narasumber, hanya ada 1 orang yang masih menggunakan bahasa Betawi dengan persentase 50%. Hasil riset terlihat jelas bahwa bahasa Betawi benar mengalami kepunahan. Jumlah persentase terkecil mencapai 5% dengan jumlah kosakata hanya 30 saja. Dari hasil riset yang dilakukan, diharapkan kepada masyarakat Jakarta untuk melestarikan bahasa Betawi. Tidak hanya itu, kepada Dinas Pendidikan Kota Jakarta diharapkan untuk mengadakan mata pelajaran bahasa Betawi guna mendidik dan mengedukasi anak-anak sejak usia dini.

Pemprov DKI Jakarta Gelar Serangkaian Acara Meriah untuk Peringati HUT ke-497 Kota Jakarta

Jakarta – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-497 Kota Jakarta, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan menyelenggarakan serangkaian acara meriah pada Minggu, 19 Mei 2024. Acara yang berlangsung di Bundaran HI, Jakarta Pusat ini dijadwalkan mulai pukul 06.00 hingga 10.00 WIB dan akan bertepatan dengan Car Free Day (CFD) di sepanjang Jalan MH Thamrin hingga Jalan Jenderal Sudirman.

Menurut informasi yang diperoleh dari Sindonews.com, dalam acara tersebut akan ada berbagai atraksi seni dan budaya untuk menghibur masyarakat. “Kegiatan tari kicir-kicir akan digelar di sekeliling Bundaran Hotel Indonesia (HI), serta berbagai atraksi budaya seperti Gondel atau gotong ondel-ondel, pertunjukan Tarian Betawi, dan penampilan menarik lainnya,” kata Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Sekretaris Daerah DKI Jakarta, Afan Adriansyah Idris, pada Sabtu (18/5/2024).

Pemprov DKI juga telah mempersiapkan rekayasa lalu lintas melalui Dinas Perhubungan (Dishub) untuk mendukung kelancaran acara. Penutupan ruas jalan akan dilakukan di Jalan Jenderal Sudirman, mulai dari Bundaran Patung Pemuda hingga Jalan MH Thamrin yang dimulai dari Bundaran Air Mancur Patung Kuda. Rekayasa lalu lintas ini akan mengalihkan arus kendaraan melalui rute alternatif yang telah ditentukan, sebagaimana diumumkan oleh akun Instagram @dishubdkijakarta.

Kegiatan ini tidak hanya memperingati hari jadi kota Jakarta, tetapi juga memperlihatkan upaya pemerintah dalam melibatkan masyarakat melalui acara-acara yang menarik dan mendidik. Acara Car Free Day (CFD) yang digelar bersamaan dengan pencanangan HUT ini merupakan langkah positif dalam mengurangi polusi udara dan memberikan ruang bagi warga Jakarta untuk menikmati ruang publik tanpa kendaraan bermotor. Atraksi seni dan budaya yang telah disiapkan, seperti senam kicir-kicir dan pertunjukan Tarian Betawi, menunjukkan komitmen Pemprov DKI dalam melestarikan budaya lokal dan memberikan hiburan yang edukatif bagi masyarakat.

Langkah-langkah rekayasa lalu lintas yang direncanakan oleh Dinas Perhubungan juga patut diapresiasi. Dengan penutupan dan pengalihan arus lalu lintas, Pemprov DKI menunjukkan keseriusannya dalam mengatur lalu lintas agar acara dapat berjalan lancar tanpa mengganggu kenyamanan warga yang tidak berpartisipasi. Namun, komunikasi dan sosialisasi yang baik kepada masyarakat mengenai perubahan lalu lintas ini sangat penting untuk menghindari kebingungan dan memastikan semua pengguna jalan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.

Secara keseluruhan, inisiatif ini adalah contoh yang baik dari bagaimana pemerintah daerah dapat merayakan sejarah dan budaya kota dengan cara yang inklusif dan berwawasan lingkungan. Saya berharap acara ini berjalan sukses dan dapat menjadi inspirasi bagi kota-kota lain di Indonesia dalam menggelar acara serupa.

Mahasiswa Sebagai Agent of Change dalam Menjaga Kelestarian Budaya di Era Digital dengan Memanfaatkan Modal Sosial Masyarakat

Mahasiswa yang merupakan aset bagi bangsa memiliki kepentingan untuk melakukan  perubahan. Mahasiswa memiliki akses untuk mendapatkan pendidikan dengan mempelajari  berbagai bidang keilmuan dan keterampilan. Mahasiswa merupakan agent of change, yang artinya individu – individu yang melakukan tindakan katalis atau pemicu perubahan yang dapat berpengaruh positif maupun negatif. Juga merupakan individu – individu yang bersemangat dalam mendorong individu lainnya serta memiliki keberanian menantang status quo sebagai upaya perubahan. 

Perubahan yang terjadi pada semua bidang kehidupan menjadi sangat cepat dan signifikan, sehingga perubahan sosial hendaknya sejalan dengan perubahan dalam bidang ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi. Perubahan sosial yang terjadi merupakan hal yang pasti karena tidak ada masyarakat yang tidak berubah. Agent of change merupakan individu yang membantu dalam melakukan perubahan. Dimana seorang agen perubahan akan menghubungkan objek perubahan seperti inovasi, kebijakan publik, dan lainnya menggunakan sistem sosial untuk melakukan perubahan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi menjadi unsur utama dalam perubahan. Hal ini berkaitan dengan unsur – unsur yang ada di masyarakat yaitu sosial, budaya, ekonomi, serta politik. Sehingga yang menjadi perhatian disini adalah kaitannya dengan budaya. Budaya yang sudah ada sedari zaman nenek moyang perlu diperhatikan akan perubahan – perubahan disekitarnya yang tentu saja akan mempengaruhi kelangsungan budaya tersebut. Mahasiswa dalam hal ini membersamai kebudayaan dalam upaya pelestarian. Mengingat mahasiswa merupakan agen perubahan yang tentunya tidak hanya melakukan perubahan yang sia – sia, tetapi melakukan perubahan yang mengarah pada perbaikan dan pelestarian dari budaya dengan memanfaatkan modal sosial yang ada disekitar mereka alias lingkungan masyarakat.

Berangkat dengan Teori Modal Sosial yang dikemukakan oleh Pierre Bourdieu, mahasiswa sebagai pemeran utama dalam implementasinya. Terdapat dua hal yang menjadikan pemikiran Bourdieu menarik banyak orang, yakni terkait usahanya dalam mengatasi permasalahan dikotomi individu – masyarakat, agen – struktur sosial, dan kebebasan – determinisme. Maka pada akhirnya disebut sebagai strukturalisme genetis, strukturalisme konstruktivis, atau konstruktivisme strukturalis. Bourdieu mengemukakan konsep utamanya yaitu habitus, modal, dan arena (field) untuk menyingkap dominasi di dalam masyarakat, yakni mencari tahu kepemilikan atau akumulasi kepemilikan modal dari masing – masing anggota masyarakat.

Modal sosial berhubungan dekat dengan habitus yang merupakan sebab – sebab dalam pengganda modal secara khusus modal simbolik. Modal sosial menurutnya direalisasikan melalui hubungan – hubungan dan jaringan hubungan – hubungan yang menjadi sumber daya dengan manfaat untuk penentuan dan reproduksi kedudukan – kedudukan sosial. Modal sosial tersebut telah dipunyai oleh pelaku (individu atau kelompok) yang berhubungan dengan pihak lain yang memiliki kekuasaan. Kebudayaan yang beriringan dengan digitalisasi menjadi perhatian khusus bagi setiap unsur masyarakat. Bahkan mahasiswa memiliki peran yang sangat penting dalam kebudayaan tersebut, apalagi mahasiswa merupakan individu yang tentu saja memiliki andil dalam digitalisasi juga. Budaya yang tentu saja merupakan instrumen yang sakral dan dulunya banyak yang tidak mengetahui keberadaannya, tentu menjadi mudah bagi semua individu untuk mengetahuinya sekarang. Hal tersebut dikarenakan media yang berperan langsung dalam penyebarannya, namun yang menjadi kekhawatiran adalah adaptasi – adaptasi dari media terhadap budaya yang kerap kali tidak di filter dengan baik oleh sebagian orang. 

Mahasiswa memiliki power dalam mempengaruhi lingkungannya dengan cepat, apalagi ada media atau teknologi yang mereka bawa kemana saja. Sehingga, suatu keniscayaan bahwa mahasiswa dapat melakukan perubahan hanya menggunakan teknologi. Dengan ini dimaksudkan bahwa teknologi dan peran mahasiswa dapat membawa perubahan dan perbaikan sebagai upaya pelestarian kebudayaan untuk mengarah pada dampak positif. Tentunya peran mahasiswa bukan sekedar melalui teknologi, namun peran secara fisik dalam memberikan arahan bagi masyarakat untuk memperoleh manfaat dalam bidang sosial bahkan ekonomi sekalipun.  

Degradasi Bahasa Betawi di Masa Perkembangan Zaman

(Sumber : kompas.id/Dhanang David Aritonang)

Dilansir dari berita yang diterbitkan oleh KOMPAS.id mengenai ancaman penggusuran wilayah-wilayah Betawi dan bagaimana bahasa Betawi yang semakin terlupakan oleh generasi-generasi muda. Juga upaya untuk melestarikan bahasa betawi dengan menerbitkan karya sastra dengan menggunakan bahasa Betawi. Semua pembahasan akan berpaku pada pembukaan acara diskusi buku Pendekar Bahasa dan Budaya, di Bentara Budaya Jakarta. 

Seperti yang dikemukakan oleh Abdul Chaer yang merupakan penulis serta ahli linguistik, menurutnya, kampung-kampung Betawi yang mulai tergusur merupakan alasan utama bahasa betawi menjadi memudar. Hal tersebut dikarenakan masyarakat aslinya yang mulai berpindah tempat dan memulai kehidupan di wilayah baru, seperti ke wilayah Bogor dan Karawang. Abdul Chaer melakukan pencariannya untuk menggali sejauh mana bahasa Betawi diketahui oleh masyarakat DKI Jakarta. Ia memulai pencariannya dengan menjelajahi wilayah Cibarusa sampai Citeureup, dari sekitaran Karet sampai Tanah Abang dengan obrolan-obrolan yang dilontarkan kepada masyarakat untuk mengetahui kosakata dalam bahasa Betawi. Sedikitnya, masyarakat hanya mengetahui bahasa Betawi dasar dan beberapa menyebutkan dalam bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia. 

Masyarakat menggunakan bahasa Betawi sebagai bahasa percakapan, di mana hanya digunakan pada sesama betawi saja. Di lain orang yang bukan Betawi, mereka tidak akan menggunakan bahasa Betawi. Pendatang yang notabene nya masyarakat luar betawi kerap kali mengasingkan bahasa Betawi dalam percakapannya. Hal tersebut semakin membuat bahasa Betawi terpinggirkan. 

Dalam agenda lain, bahasa Betawi dikenal oleh beberapa masyarakat luar wilayah Betawi, seperti Bogor dan Karawang. Ini adalah akibat dari penggusuran wilayah di DKI Jakarta. Sehingga, tidak harus menjadi ketakutan besar bahwa bahasa Betawi akan punah. Karena pada konteks ini, masyarakat Betawi hanya melupakan beberapa kosakata Betawi saja. Penggunaan kata “elo gue” dan imbuhan -in juga masih dilafalkan oleh orang Betawi, bahkan pendatang dari daerah lain juga mulai mengadaptasi ke dalam bahasa keseharian mereka. 

Pernyataan lain diungkapkan oleh Muhadjir, yang merupakan ahli linguistik. Menurutnya, bahasa Betawi memiliki keragaman kosakata dan masih menjadi perdebatan dengan dialeknya yang dianggap sebagai bahasa Melayu dengan dialek Jakarta. Berdasarkan dialek, bahasa Betawi memiliki keragaman yang digunakan dalam wayang kulit Betawi, teater lenong dan topeng. Sekitar tahun 1911, ada warga keturunan Arab di Jakarta yang menulis karya sastra menggunakan bahasa Betawi. Dari hal tersebut, karya-karya sastra mulai berkembang dan bervariasi seperti karya tentang Nyi Saidah yang termuat dalam koran Melayu di Batavia tempo dulu. Cerita Panji dalam Sastra Pecenongan oleh Muhammad Bakir, juga siaran televisi yang berjudul Si Pitung dengan ciri khasnya menggunakan dialog bahasa Betawi. 

Dari hal ini, menurut Ivan Lanin, perlu pemerhatian dari masyarakat mengenai slogan yang dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu “Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing”. 

Facebook
LinkedIn
WhatsApp
X
Telegram

Pemertahanan Budaya: Upaya Unit Pengelola Kampung Budaya Setu Babakan Dalam Memperkenalkan Budaya Betawi

(Sumber: https://images.app.goo.gl/oFyxdEjpUacmgv1YA)

Mahasiswa program studi Manajemen, Hannan Ghifari, melakukan wawancara kepada UPK PBB (Unit Pengelola Kegiatan Perkampungan Budaya Betawi) Setu Babakan pada tanggal 15 Desember 2022.

 

Dalam wawancara tersebut, Hannan menanyakan perihal tentang upaya yang dilakukan oleh Unit Pengelola Kegiatan Perkampungan Budaya Betawi dalam memperkenalkan kebudayaan Betawi. Bapak Jaka selaku ketua UPK PBB menjelaskan bahwa ada beberapa strategi yang dilakukan untuk memperkenalkan kebudayaan Betawi. “Untuk memperkenalkan budaya Betawi, khususnya di Setu Babakan ini kami sering menampilkan beberapa kebudayaan yang cukup rutin di tiap minggunya dan di hari-hari tertentu. Untuk kegiatan rutin tiap minggu, kami sering melakukan latihan di sanggar. Baik latihan musik tradisional, tari, ataupun seperti silat. Sementara itu untuk kegiatan di hari tertentu biasanya kami menampilkan pertunjukan musik betawi, teater, dialek, dan sejenisnya” ujar Pak Jaka. Lebih detail, Bapak Jaka Selaku ketua UPK PBB menjelaskan bahwa dalam beberapa waktu kedepan akan ada perkembangan terhadap tempat-tempat tertentu di kawasan Setu Babakan guna memperkental kebudayaan Betawi agar lebih dikenal oleh masyarakat sekitar.

 

Dalam perbincangan tersebut, Hannan juga menanyakan tentang siapa saja yang mengelola UPK PBB di Setu Babakan, dan didapati jawaban bahwa yang mengelola UPK PBB tersebut ialah kepala UPK PBB yang bertanggung jawab kepada atasannya yaitu Kepala Dinas, serta Kepala Dinas akan bertanggung jawab kepada Gubernur. Selain itu, dalam pengamatannya Hannan menjelaskan tentang pelayanan yang diberikan kepada pengunjung. Hannan menjelaskan bahwa pelayanan di UPK PBB sudah baik, ditandai dengan pelayanan pegawai sekitar yang ramah ketika pengunjung bertanya dan meminta bantuan. Disamping itu kebersihan  lingkungan sekitar juga merupakan salah satu pelayanan yang cukup baik.

 

Sebagai penutup, Hannan menjelaskan tentang strategi promosi yang dilakukan UPK PBB. Dalam upayanya, UPK PBB melakukan promosi dengan cara membuat konten di media sosial agar terlihat oleh banyak masyarakat luas, dan serta tidak adanya biaya masuk ke UPK PBB juga merupakan salah satu strategi untuk menarik pengunjung.  Dengan demikian, UPK PBB sudah melakukan pemertahanan budaya melalui kegiatan-kegiatan yang ditunjukan di Setu Babakan.