Eksistensi Budaya Palang Pintu dalam Pembukaan Pernikahan Adat Betawi: Analisis Melalui Perspektif Interaksionisme Simbolik George Herbert Mead

Kelompok etnis Betawi memiliki keragaman budaya yang luas, menghasilkan berbagai perspektif tentang penduduk asli Betawi. Upacara perkawinan merupakan salah satu budaya penting yang menandai peristiwa khusus dan kepercayaan spiritual. Dalam setiap pernikahan adat, kedua mempelai tampil dengan riasan dan busana khas, menandai masa transisi mereka dalam mengambil hak dan kewajiban penuh terhadap masyarakat. Adat istiadat ini merupakan hal yang lazim dan dapat berfluktuasi sesuai dengan kondisi masyarakat. Adat istiadat ini merupakan hal yang umum dan dapat berubah sesuai dengan kondisi masyarakat.

Berdasarkan hasil jurnal penelitian yang dilakukan oleh Sari Tri Anjani, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pandangan masyarakat dan pemahaman terhadap nilai-nilai adat Betawi serta apakah tradisi tersebut masih terus dipraktikkan oleh mereka yang tinggal di kawasan Kampung Budaya Betawi dan sekitarnya. Tradisi ini biasanya berkaitan dengan pertunjukan seni dan budaya setempat, seperti acara pertunjukan randai, saluang, rabab, tarian, dan berbagai kesenian yang berhubungan dengan upacara perkawinan. Tradisi pernikahan semacam ini sangat bergantung pada iklim sosial ekonomi lingkungan sekitar. Pada pembahasan kali ini, objek tradisi pernikahan adat Betawi yang akan dibahas, yaitu palang pintu.

(Sumber: https://www.senibudayabetawi.com/wp-content/uploads/2021/12/1639376899781-scaled.jpg)

Dari 50 responden yang diteliti, 30 orang menggunakan palang pintu dalam acara pernikahan mereka, didalamnya termasuk 2 orang yang bukan masyarakat asli Betawi. Ini menunjukkan bahwa budaya palang pintu Betawi tidak hanya digunakan oleh masyarakat asli Betawi, tetapi juga oleh pendatang atau suku lain. Meskipun demikian, terdapat perbedaan persepsi mengenai makna penggunaan palang pintu dalam pembukaan acara pernikahan. Menurut teori interaksionisme simbolik George Herbert Mead, interaksi sosial terjadi melalui penggunaan simbol-simbol yang bermakna, yang dapat menimbulkan asosiasi dan interaksi antarindividu.

Menurut George Herbert Mead, tindakan manusia dipengaruhi oleh interpretasi mereka terhadap orang lain, objek, dan peristiwa. Tradisi Palang Pintu adalah bentuk interaksi simbolik, di mana setiap langkah dan gerakan memiliki makna khusus bagi pelaku dan penonton. Meskipun tradisi ini telah mengalami modifikasi dan digunakan oleh suku selain Betawi, makna aslinya tetap dipertahankan. Analisis data menunjukkan bahwa baik masyarakat asli Betawi maupun pendatang memahami makna Palang Pintu, menunjukkan bahwa budaya Betawi tetap eksis di era globalisasi ini, meskipun belum sepenuhnya merata. Untuk melestarikan budaya Betawi di tengah multikulturalisme dan globalisasi, diperlukan strategi yang tepat sejak dini.

Kesimpulannya, ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk memulihkan kebudayaan Palang Pintu adat Betawi:

  • Promosi kegiatan: Menggunakan media sosial untuk memperkenalkan Budaya Palang Pintu dengan menyediakan konten menarik dan memanfaatkan dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa asing lainnya. Selain itu, ikut serta dalam event-event kebudayaan tertentu juga dapat menjadi sarana promosi yang efektif.
  • Pengembangan Pendidikan budaya Betawi: Mengembangkan pendidikan budaya Betawi dapat membantu masyarakat untuk memahami makna penggunaan palang pintu dan simbol-simbol dalam pernikahan Betawi, serta mendorong siswa untuk lebih memahami dan melestarikan budaya tersebut.
  • Mengadakan festival kebudayaan setiap tahun: Dengan mengadakan festival kebudayaan setiap tahun, masyarakat atau pengunjung dapat lebih mengenal kebudayaan Palang Pintu Betawi, sehingga memperkuat eksistensi dan pemahaman tentang budaya tersebut.

 

Diplomasi Rempah: Peran Dirjen Kebudayaan dalam Mempererat Negara ASEAN

Jakarta – Asia Tenggara memiliki sejarah yang kaya sebagai pusat perdagangan rempah dunia sebelum bangsa Eropa melakukan eksplorasi, di mana rempah dianggap tidak hanya sebagai komoditas tetapi juga membawa nilai-nilai, tradisi, dan pertukaran budaya. Pada laman surat berita Tempo, dalam rangka memperkuat warisan bersama rempah di kawasan ASEAN, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Ristek menyelenggarakan kegiatan “ASEAN Spice: The Connecting Culture of Southeast Asians” di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Kegiatan ini, yang didukung oleh Sekretariat ASEAN, melibatkan para akademisi dan praktisi dari 11 negara ASEAN dalam berbagai diskusi, kunjungan ke desa rempah, dan kerja sama untuk mengembangkan inovasi terkait budaya rempah dan gastronomi.

 

Menurut Hilmar, rempah memiliki peran yang signifikan dalam mengubah gaya hidup manusia dan harus terus dikembangkan untuk manfaat yang lebih luas. Dia juga menekankan pentingnya kerjasama inovatif antara praktisi dan akademisi ASEAN untuk memperkuat cerita sejarah jalur rempah di komunitas ASEAN. Dafri Agussalim dari Fisipol UGM menyatakan bahwa kegiatan ini krusial karena membantu mengidentifikasi identitas ASEAN melalui jalur rempah, yang selama ini kurang dipahami. Baginya, jalur rempah dapat menjadi titik persatuan bagi negara-negara ASEAN dan memperkuat hubungan di Asia Tenggara.

 

Upaya untuk mengangkat warisan budaya rempah sebagai bagian integral dari identitas ASEAN merupakan langkah yang sangat positif dan relevan. Sejarah panjang perdagangan rempah di Asia Tenggara mencerminkan kekayaan alam, keragaman budaya, dan hubungan antarnegara yang erat. Melalui kegiatan seperti “ASEAN Spice: The Connecting Culture of Southeast Asians”, dapat dipahami lebih dalam pentingnya jalur rempah sebagai sumber persatuan dan kerjasama di antara negara-negara ASEAN. Pengembangan dan promosi budaya rempah akan memperkaya pengalaman wisatawan serta memperkuat kesadaran akan keragaman dan kekayaan budaya di kawasan ini.

Forum Diskusi Literasi Demokrasi 2024: Melestarikan Budaya Papua di Era Digital

KOMPAS.com – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menggelar Forum Diskusi Literasi Demokrasi (FLD) bertajuk “Melestarikan Budaya dan Kearifan Lokal Papua di Era Digital” di Semarang pada Kamis (6/6/2024). Sebelumnya, forum serupa telah diadakan di Kota Bandung dan Surakarta.

(Sumber: https://asset.kompas.com/crops/T93lfT5E8MSAM4-zKqTnN-1HVy0=/1×0:2560×1706/750×500/data/photo/2024/05/05/6636f08447441.jpeg)

Acara ini mendapat sambutan antusias dari ratusan mahasiswa, terutama yang berasal dari Papua. Forum ini menghadirkan narasumber Influencer Papua Michael Jakarimilena dan perwakilan Mahasiswa Papua Semarang, Sonny Asso. Diskusi interaktif tersebut membahas tantangan dan peluang dalam melestarikan budaya Papua di era digital, termasuk peran literasi digital, pemanfaatan teknologi untuk promosi budaya, dan strategi membangun demokrasi inklusif di Papua.

 

Ketua Tim Kerja Informasi dan Komunikasi Politik dan Pemerintahan Kemenkominfo, Agus Tri Yuwono, menyatakan kekagumannya terhadap kekayaan alam dan budaya Papua. “Budaya Papua adalah warisan berharga yang harus dijaga dan dilestarikan, tidak hanya bagi masyarakat Papua tetapi juga bagi seluruh bangsa Indonesia,” ujar Agus dalam rilis pers yang diterima Kompas.com pada Sabtu (8/6/2024).

 

Agus juga menekankan pentingnya platform digital dalam membagikan cerita, seni tradisional, musik, tarian, dan pengetahuan tentang budaya Papua kepada khalayak luas melalui media sosial, website, dan aplikasi mobile.

 

Pemerintah juga mendukung pelestarian budaya Papua melalui pembangunan Papua Youth Creative Hub (PYCH) di Jayapura, yang bertujuan mengembangkan bakat, kreativitas, dan inovasi pemuda Papua di berbagai bidang, seperti fesyen, hiburan, musik, fotografi, dan teknologi. Hal ini sejalan dengan pesan Presiden Joko Widodo yang mendorong pemuda Papua untuk mengejar passion mereka di berbagai bidang.

 

Forum tersebut juga membahas tantangan rendahnya tingkat literasi digital dan kesenjangan infrastruktur digital di Papua yang menghambat upaya pelestarian budaya. Namun, teknologi digital membuka peluang besar untuk mempromosikan budaya Papua kepada audiens yang lebih luas.

 

Michael Jakarimilena menekankan pentingnya konten digital yang menarik dan informatif tentang budaya Papua untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. “Peningkatan literasi digital adalah kunci penting dalam pelestarian budaya Papua,” katanya. Sonny Asso menambahkan bahwa pemberdayaan komunitas lokal juga merupakan faktor penting dalam pelestarian budaya Papua. Komunitas lokal dapat berperan dalam mengembangkan dan mempromosikan konten digital budaya Papua.

 

Kerja sama multi-stakeholder antara pemerintah, swasta, komunitas lokal, dan akademisi diperlukan untuk mendukung upaya pelestarian budaya Papua di era digital. Sonny menyimpulkan, “Dengan mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada, budaya Papua dapat dilestarikan dan diwariskan kepada generasi mendatang. Budaya Papua adalah kekayaan bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan.”

 

Michael dan Sonny juga membagikan tiga solusi konkret untuk pelestarian budaya Papua di era digital: pengembangan konten digital budaya Papua, peningkatan infrastruktur digital, dan kerja sama multi-stakeholder. Dukungan penuh dari Kemenkominfo diharapkan membuat upaya pelestarian budaya Papua lebih efektif dan efisien, sehingga budaya tersebut dapat terus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi mendatang.

 

Pagelaran Sabang Merauke 2024, Ajang Persaingan 50 Penari Daerah

Jakarta – Dilansir dari laman berita Liputan6.com, iForte dan BCA telah menyelenggarakan acara yang bertajuk Pagelaran Sabang Merauke The Indonesian Broadway di tahun 2024 ini. Konsep yang digagas adalah kolaborasi antara musik dan tarian dari berbagai daerah yang ada di Indonesia. Secara detail, penyelenggaraannya mengusung teatrikal kolosal yang menceritakan perjalanan Pahlawan Nusantara dari Sabang sampai Merauke. 

(Sumber : https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQF2LMuCY4HKlubc-a_w1X-QdeH69UJx6wnSA&s )

Rangkaian acara ini meliputi audisi penari yaitu “The Audition” yang bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi para penari daerah untuk menunjukkan kemampuannya lihainya. 

(Sumber : https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2024/05/06/jumpa-pers-pagelaran-sabang-merauke-the-indonesian-broadway-hari-ini.jpeg?w=1200

Sebanyak 124 penari berbakat dari berbagai daerah di Indonesia, dengan latar belakang budaya berbeda dan genre tari berbeda mengikuti “The Audition”. Para kontestan perlu merekam tarian wajib dan tarian kreatif mereka sendiri dan kemudian mengirimkannya ke panitia penyelenggara secara online. Ke-124 penari tersebut kemudian diseleksi dengan cermat dan 50 penari berhasil lolos “The Audition” final yang akan dilaksanakan pada Sabtu, 11 Mei 2024 di Indonesia Raya. Dewan juri terdiri dari penari profesional dan pemerhati seni seperti penari kawakan Didik Nini Thowok, musisi, salah satu penyanyi Sabang Merauke, pemain Broadway Indonesia Isyana Sarasvati, salah satu sutradara Sabang Merauke, pemain Broadway Indonesia Rusmedie Agus, salah satu sutradara Sabang Pelaku Merauke Koreografer Sandhidea Cahyo Narpati dan pengamat seni Giok Hartono dari pertunjukan Broadway Indonesia Sabang Merauke. Kriteria dari “The Audition” dikemukakan oleh dewan juri, seperti Didik Nini Thowok mengatakan bahwa penari harus memperhatikan Wirogo atau gerak, juga Wisongo atau penjiwaan. Menurut Isyana Sarasvati, Penari tentu memiliki musikalitas yang tinggi. Kriteria juga diungkapkan oleh Sandhidea Cahyo Narpati bahwa penari bukan hanya pandai teknik, tetapi memiliki rasa cinta pada budaya.  Rangkaian terakhir dari acara tersebut adalah pementasan yang akan dilakukan pada bulan Agustus 2024. Dimana pementasan akan dilakukan pada tanggal 17 dan 18 Agustus 2024 di JIEXPO Convention Center & Theater Jakarta. 
Facebook
X
LinkedIn
Threads
Telegram
WhatsApp

KAMPUNG BUDAYA SETU BABAKAN SIAP MERIAHKAN HUT KE-497 JAKARTA

Kampung Budaya Setu Babakan telah menyiapkan berbagai acara dan kegiatan menarik untuk merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-497 Jakarta. Berbagai persiapan sudah dilakukan untuk memastikan perayaan ini menjadi momen yang istimewa bagi masyarakat Jakarta, khususnya dalam memperkenalkan dan melestarikan budaya Betawi. Dalam wawancara eksklusif, Plt. Kepala Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi mengungkapkan bahwa mereka telah menyiapkan berbagai acara khusus dan pertunjukan budaya. “Para penampil, baik kesenian maupun lainnya, prioritas pertama adalah masyarakat kawasan Perkampungan Budaya Betawi (PBB),” jelasnya. Ini menunjukkan komitmen Setu Babakan dalam memberdayakan komunitas lokal. Acara perayaan ini juga melibatkan komunitas dan seniman lokal. “Selain memeriahkan dan menyemarakkan hari jadi Kota Jakarta ke-497, acara ini juga menginformasikan dalam konteks Perlindungan, Pelestarian, dan Perkembangan kearifan lokal Jakarta yaitu Budaya Betawi. Ini sangat penting,” katanya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya perayaan ini bagi kelangsungan budaya Betawi. Menurutnya, perayaan HUT Jakarta dapat membantu melestarikan budaya Betawi di tengah modernisasi. “Jakarta sebagai kota Megapolitan adalah salah satu pusat perhatian dari masyarakat luas, sehingga dengan terinformasinya maka secara tidak langsung akan terlestarikan,” tambahnya. Kampung Budaya Setu Babakan juga berkolaborasi dengan berbagai instansi pemerintah seperti Suku Dinas Kebudayaan dan Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta sanggar dan non-sanggar untuk menyelenggarakan acara ini. Dukungan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga sangat terasa dalam bentuk anggaran dan kalender event resmi Jakarta. Untuk mempromosikan acara ini, Unit Pengelola Kawasan (UPK) PBB menggunakan berbagai strategi, baik online maupun offline. “Kami memanfaatkan media sosial, radio, TV, serta media offline seperti poster, spanduk, dan metode ketuk tular,” jelasnya. Meski begitu, persiapan perayaan ini bukan tanpa tantangan. “Banyak yang ingin disampaikan dan ditampilkan, tetapi terbatas ruang dan waktu,” ungkapnya. Namun, semangat untuk menyukseskan perayaan tetap tinggi. Pesan terakhir dari perwakilan Kampung Budaya Setu Babakan kepada masyarakat Jakarta adalah untuk selalu mengikut makna filosofi dari tema HUT DKI Jakarta ke-497. “Perkampungan Budaya Betawi diharapkan selalu dapat melayani masyarakat luas sebagai salah satu pusat informasi dan kreasi kearifan lokal Jakarta sesuai amanah yang diterima, sejalan dengan kemajuan zaman,” tutupnya. Dengan persiapan yang matang dan dukungan dari berbagai pihak, Kampung Budaya Setu Babakan siap untuk menyemarakkan HUT ke-497 Jakarta, sekaligus menjaga dan melestarikan kekayaan budaya Betawi. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi email upkpbbsetubabakan@gmail.com 
Facebook
X
LinkedIn
Threads
Telegram
WhatsApp

Menggugah Selera Dunia: Strategi ‘Food Diplomacy’ untuk Promosi Budaya Indonesia

Jakarta – Dalam artikel yang dimuat di surat kabar VOA, makanan selalu menjadi bagian penting dalam mempromosikan budaya suatu negara, menghasilkan strategi ‘food diplomacy’ yang melibatkan kuliner untuk berbagi dan membangun hubungan persahabatan. William Wongso, seorang pengusaha dan ahli kuliner terkenal di Indonesia, telah mendapatkan berbagai penghargaan internasional atas usahanya dalam mempromosikan budaya melalui makanan. Dalam acara “Flavors of Indonesia: Fine Dining” dan Asian American Expo 2024 di Los Angeles, Chef William bertukar informasi kepada VOA tentang pentingnya memperkenalkan kuliner Indonesia di luar negeri. 

(Sumber : https://images.app.goo.gl/jyg4ANQV9iV7Pxkb7)

(Sumber : https://images.app.goo.gl/C8MYTKZ3pecVSNjw5)

“Kita tidak bisa berdiam diri lagi karena dengan maraknya media sosial saat ini, seluruh dunia sangat antusias untuk mencicipi rasa otentik dari budaya kuliner masing-masing negara, terutama para wisatawan yang mengunjungi suatu negara,” ujarnya.

Di Kemang, Jakarta, Ragil Imam Wibowo berkontribusi dalam diplomasi kuliner dengan membuka restoran Nusa Gastronomy. Chef of The Year 2018 versi Foodies Magazine ini menyatakan bahwa restorannya menyajikan hidangan otentik yang mengandung cerita budaya di balik setiap menunya. Ragil yang juga meraih penghargaan Award of Excellence sebagai Asian Cuisine Chef of the Year pada World Gourmet Summit 2018, kadang bepergian ke luar negeri. Ia menekankan bahwa menarik minat orang untuk datang ke Indonesia sangat penting.

“Ketika orang-orang berbondong-bondong ke Indonesia untuk mencoba makanan Indonesia, menurut saya itulah esensi utama dari diplomasi kuliner, yaitu mengajak orang mencoba rasa makanan hingga datang ke negara tersebut,” katanya.

Di Los Angeles, Linda Lim telah aktif dalam diplomasi kuliner sejak 2015, bermula dari hobinya dan kecintaannya pada Indonesia serta masakan Indonesia, ia menjadi promotor kuliner. Ragil memilih strategi lain dalam diplomasi kuliner dengan menggali dan memperkenalkan menu baru serta mengutamakan teknik memasak. Ia mengamati bahwa orang non-Indonesia lebih menyukai makanan yang dibakar, seperti seafood bakar ala Makassar atau Bali dan aneka sate.

Berita ini menyoroti pentingnya ‘food diplomacy’ sebagai alat efektif untuk mempromosikan budaya suatu negara di kancah internasional. Melalui tokoh-tokoh seperti William Wongso dan Ragil Imam Wibowo, kita dapat melihat bagaimana makanan dapat menjadi duta yang kuat dalam mengenalkan kekayaan budaya Indonesia. Restoran seperti Nusa Gastronomy di Jakarta dan upaya Linda Lim di Los Angeles menunjukkan bahwa kuliner tidak hanya tentang rasa, tetapi juga tentang cerita dan tradisi yang menyertainya. Dengan semakin maraknya media sosial, antusiasme global terhadap rasa otentik semakin meningkat, menjadikan ‘food diplomacy’ sebagai strategi yang semakin relevan untuk menarik minat wisatawan dan memperkuat identitas budaya di dunia internasional.

Eksistensi Budaya Palang Pintu dalam Pembukaan Pernikahan Adat Betawi: Analisis Melalui Perspektif Interaksionisme Simbolik George Herbert Mead

Kelompok etnis Betawi memiliki keragaman budaya yang luas, menghasilkan berbagai perspektif tentang penduduk asli Betawi. Upacara perkawinan merupakan salah satu budaya penting yang menandai peristiwa khusus dan kepercayaan spiritual. Dalam setiap pernikahan adat, kedua mempelai tampil dengan riasan dan busana khas, menandai masa transisi mereka dalam mengambil hak dan kewajiban penuh terhadap masyarakat. Adat istiadat ini merupakan hal yang lazim dan dapat berfluktuasi sesuai dengan kondisi masyarakat. Adat istiadat ini merupakan hal yang umum dan dapat berubah sesuai dengan kondisi masyarakat.

Berdasarkan hasil jurnal penelitian yang dilakukan oleh Sari Tri Anjani, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pandangan masyarakat dan pemahaman terhadap nilai-nilai adat Betawi serta apakah tradisi tersebut masih terus dipraktikkan oleh mereka yang tinggal di kawasan Kampung Budaya Betawi dan sekitarnya. Tradisi ini biasanya berkaitan dengan pertunjukan seni dan budaya setempat, seperti acara pertunjukan randai, saluang, rabab, tarian, dan berbagai kesenian yang berhubungan dengan upacara perkawinan. Tradisi pernikahan semacam ini sangat bergantung pada iklim sosial ekonomi lingkungan sekitar. Pada pembahasan kali ini, objek tradisi pernikahan adat Betawi yang akan dibahas, yaitu palang pintu.

(Sumber : https://images.app.goo.gl/gLbBuxiVopHTPxgt6)

Dari 50 responden yang diteliti, 30 orang menggunakan palang pintu dalam acara pernikahan mereka, didalamnya termasuk 2 orang yang bukan masyarakat asli Betawi. Ini menunjukkan bahwa budaya palang pintu Betawi tidak hanya digunakan oleh masyarakat asli Betawi, tetapi juga oleh pendatang atau suku lain. Meskipun demikian, terdapat perbedaan persepsi mengenai makna penggunaan palang pintu dalam pembukaan acara pernikahan. Menurut teori interaksionisme simbolik George Herbert Mead, interaksi sosial terjadi melalui penggunaan simbol-simbol yang bermakna, yang dapat menimbulkan asosiasi dan interaksi antarindividu.

Menurut George Herbert Mead, tindakan manusia dipengaruhi oleh interpretasi mereka terhadap orang lain, objek, dan peristiwa. Tradisi Palang Pintu adalah bentuk interaksi simbolik, di mana setiap langkah dan gerakan memiliki makna khusus bagi pelaku dan penonton. Meskipun tradisi ini telah mengalami modifikasi dan digunakan oleh suku selain Betawi, makna aslinya tetap dipertahankan. Analisis data menunjukkan bahwa baik masyarakat asli Betawi maupun pendatang memahami makna Palang Pintu, menunjukkan bahwa budaya Betawi tetap eksis di era globalisasi ini, meskipun belum sepenuhnya merata. Untuk melestarikan budaya Betawi di tengah multikulturalisme dan globalisasi, diperlukan strategi yang tepat sejak dini.

Kesimpulannya, ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk memulihkan kebudayaan Palang Pintu adat Betawi:

  • Promosi kegiatan: Menggunakan media sosial untuk memperkenalkan Budaya Palang Pintu dengan menyediakan konten menarik dan memanfaatkan dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa asing lainnya. Selain itu, ikut serta dalam event-event kebudayaan tertentu juga dapat menjadi sarana promosi yang efektif.
  • Pengembangan Pendidikan budaya Betawi: Mengembangkan pendidikan budaya Betawi dapat membantu masyarakat untuk memahami makna penggunaan palang pintu dan simbol-simbol dalam pernikahan Betawi, serta mendorong siswa untuk lebih memahami dan melestarikan budaya tersebut.
  • Mengadakan festival kebudayaan setiap tahun: Dengan mengadakan festival kebudayaan setiap tahun, masyarakat atau pengunjung dapat lebih mengenal kebudayaan Palang Pintu Betawi, sehingga memperkuat eksistensi dan pemahaman tentang budaya tersebut.

Pagelaran Kenduri Seni Melayu 2024: Melestarikan Budaya Melayu di Batam

BATAM – Pagelaran Kenduri Seni Melayu (KSM) kembali dihelat di Area Parkir Kawasan Harbour Bay, Batam, Kepulauan Riau (Kepri) pada tanggal 7-9 Juni 2024. Acara yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Batam ini mengangkat tema “Membalut Seni Dalam Tradisi” dan menampilkan rangkaian atraksi kesenian Melayu, Nusantara, serta dari negara-negara rumpun Melayu.

(Sumber : https://images.app.goo.gl/9FLXssQdFqLe9vCH8)

Kenduri Seni Melayu kali ini menghadirkan berbagai kegiatan menarik, termasuk pertunjukan seni yang lebih variatif, seminar budaya, permainan rakyat, pameran koleksi Museum Raja Ali Haji, serta bazaar kuliner dan UMKM. Malam pembukaan dimeriahkan dengan lantunan lagu-lagu, musik, dan tari-tarian Melayu, yang berhasil menciptakan suasana meriah.

Wali Kota Batam, Muhammad Rudi, mengajak seluruh masyarakat untuk turut serta memeriahkan acara ini. “Mari bersama memeriahkan dan melestarikan budaya Melayu di Kepri,” ujarnya, Sabtu (8/6/2024).

Budaya Melayu yang kental di Kota Batam menjadi akar budaya lokal yang kemudian dimanifestasikan dalam event tahunan ini. Pagelaran ini memberikan kesempatan kepada para pelaku seni untuk menampilkan kreativitas mereka, sekaligus melestarikan budaya Melayu di Batam.

Sejalan dengan agenda Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Kenduri Seni Melayu terpilih sebagai salah satu dari 110 Karisma Event Nusantara (KEN). Program ini bertujuan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara dan menggerakkan wisatawan nusantara agar berwisata di Indonesia.

“Kenduri Seni Melayu merupakan upaya menumbuhkembangkan seni budaya Melayu di Kota Batam sekaligus menjadi daya tarik wisata. Kegiatan ini juga diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan jumlah wisatawan dan berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat setempat,” kata Nia Niscaya, Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama, dalam pembukaan acara Kenduri Seni Melayu.

Tahun ini, acara tersebut juga mengundang seniman dari Brunei Darussalam dan Kuala Lumpur untuk memperkenalkan dan memeriahkan kesenian Melayu, menambah warna dan keragaman dalam pagelaran tersebut.

 

Etika Dan Perilaku Masyarakat Indonesia Dalam Menggunakan Media Sosial

(Photo by Árpád Czapp on Unsplash)

Sebagai individu yang hidup bersama, manusia sudah menjadi sebuah kewajiban dalam kehidupan sehari-hari. Setiap berkomunikasi pasti ada interaksinya, kita perlu bersikap sopan agar kita bisa saling menghormati dan bersikap sopan. yang tidak hanya ada di dunia nyata namun juga ada di dunia maya, salah satunya adalah media sosial. Setiap orang, berapapun usianya, menggunakan media sosial di berbagai platform untuk terhubung dan berkomunikasi. Pengguna dapat mengakses dan berbagi informasi dari seluruh dunia dengan sangat bebas dalam waktu singkat. Dan dengan ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana etika masyarakat dalam menggunakan media sosial. 

 

Meluasnya penggunaan media sosial membawa dampak negatif, salah satunya adalah penyalahgunaan media sosial atau kegagalan pengguna media sosial dalam menaati aturan etika atau kesantunan. Misalnya, ketika mengakses platform media sosial, kita bisa dengan mudah menjumpai konten-konten sensitif, seperti konten yang bertema politik, suku, agama, dan ras. Komentar yang tidak lagi menghormati norma etika yang ada di masyarakat Indonesia. Penyebabnya adalah kurangnya kesadaran pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menjaga etika dalam menggunakan media sosial. Masyarakat Indonesia selama ini merupakan negara yang menjunjung tinggi tingkat kesopanan dan keramahan, terbukti dengan Indonesia menempati peringkat ketujuh dalam masyarakat paling ramah di dunia. Oleh karena itu, dapat disimpulkan jika berinteraksi langsung dengan manusia. Mereka mengucapkan setiap kata dengan lebih hati-hati untuk menghindari cibiran kasar.

 

Namun, itu hanya 1.800 dibandingkan yang terjadi di media sosial. Netizen Indonesia dinobatkan sebagai pengguna internet paling tidak sopan di Asia Tenggara, menurut laporan Digital Civilization Index (DCI). Menurut data yang disediakan oleh Microsoft, tingkat kesopanan di Indonesia telah merosot menjadi 76, dan angka yang lebih tinggi menunjukkan kesopanan yang lebih tinggi. Secara umum moral sering disamakan dengan akhlak, dan orang yang tidak bermoral sering disebut tidak bermoral karena perbuatan dan perkataan yang dilakukan tidak dianggap baik atau buruk, karena menyangkut penilaian baik dan buruk, nilai baik, nilai buruk harus diamalkan dan buruk. nilai-nilai harus dihindari. Penerapan etika dalam menggunakan media sosial harus dilakukan oleh setiap elemen pengguna media sosial, tidak hanya media sosial saja, namun dalam penggunaan internet, penerapan etika menyebarkan juga mencakup komunikasi yang santun.

 

Pentingnya penanaman etika komunikasi sejak dini, karena jika etika bermedia sosial tidak diajarkan sejak dini maka generasi penerus pengguna media sosial tidak akan tahu bagaimana cara beretika di media sosial. Mungkin saat menggunakan media sosial niatnya untuk menghibur diri sendiri, namun akhirnya malah terjebak di balik jeruji besi. Pasal 27 hingga 30 UU ITE mengatur penggunaan media sosial namun hal ini tidak diterapkan dengan baik dan penggunaan media sosial memerlukan komunikasi yang beretika dan peran etika adalah meminimalisir reaksi negatif terhadap postingan. mengirim. Perlunya pengetahuan tentang etika komunikasi dalam menggunakan media sosial dapat membantu mengoptimalkan pesatnya perkembangan komunikasi dan pemikiran dalam penggunaan media sosial.

 

Implementasi etika komunikasi sangatlah sangat penting ditanamkan sejak dini, karena apabila tidak diajarkan etika bermedia sosial sejak dini, maka kedepannya generasi yang menggunakan media sosial tidak mengetahui bagaimana beretika dalam media sosial. Bisa jadi ketika dalam menggunakan media sosial niat hati ingin menghibur diri malah terjebak dalam jeruji besi. Cara dalam bermedia sosial telah diatur dalam undang-undang sebagaimana diatur pada Undang-Undang ITE Pasal 27-30, akan tetapi hal tersebut belum diterapkan dengan baik, etika komunikasi dalam menggunakan media sosial diperlukan, di mana etika berfungsi untuk meminimalisir tanggapan negatif dari postingan yang dikirimkan. Perlunya pengetahuan tentang etika komunikasi dalam menggunakan media sosial yang berguna untuk mengoptimalkan perkembangang komunikasi yang pesat dan pemikiran dalam menggunakan media sosial. Etika dalam menggunakan media sosial harus dapat diterapkan pada setiap pengguna internet di Indonesia, dan disarankan agar setiap instansi dapat memberikan informasi atau pengetahuan mengenai cara menggunakan media sosial dengan benar.

Pelestarian Budaya oleh Muda Mudi Bandung dengan Menggelar Festival Budaya, Olahraga, dan Jajanan Anak Muda (Bojana)

Berdasarkan berita dari DetikJabar, anak muda di Bandung menunjukkan inisiatifnya untuk melestarikan budaya atau dalam bahasa Sunda nya “Ngamumule” dengan melangsungkan Festival Budaya, Olahraga, dan Jajanan Anak Muda (Bojana) pada tanggal 25 sampai 26 Mei 2024. 

(Sumber : https://images.app.goo.gl/Gk1vzDuSDJraDN6W8)

Festival dilangsungkan sebagai sebuah misi untuk melestarikan budaya dan olahraga yang ada di Indonesia. Festival tersebut tentunya diinisiasi oleh Lukis Creative yang merupakan perwujudan simbol anak muda dan yang menjadi ketua penyelenggaranya adalah Dinar Adhiyanti. Berlokasikan di Bandung, lebih tepatnya di Kiara Artha Park yang merupakan salah satu ikon pariwisata Kota Kembang. Pada festival ini, terdapat lebih dari 40 varian jajanan dan makanan khas Indonesia yang tentunya sebagai magnet bagi para pengunjung. 

 

Menurut Dinar Adhiyanti, Festival Bojana bertujuan untuk mengajak anak muda untuk turut serta dalam pelestarian budaya Indonesia dengan variasi jajanan dan makanan khas Indonesia yang melimpah, serta festival olahraga yang dapat diikuti. Berdasarkan rundown yang ada, acara dimulai dengan fun bike collaboride yang digelar pada hari Sabtu (25/5) yang bertepatan dengan Road to World Bicycle Day 2024 dan pendaftaraan dapat dilakukan ditempat acara. Selanjutnya acara digelar pada Minggu (26/5) yakni penyelenggaraan sesi olahraga bersama Beddu dan komunitas Roundnet Indonesia, kemudian dilanjutkan dengan zumba yang dipandu oleh Asri Welas yang merupakan ambassador Zumba Indonesia. Bersamaan di hari itu, terdapat perlombaan yang diperuntukkan untuk anak usia 3 sampai 6 tahun yakni lomba mewarnai dan untuk anak 7 sampai 12 tahun adalah lomba menggambar. 

 

Pada Acara kick off Festival Bojana 2024 turut dimeriahkan oleh beberapa artis ternama seperti Andien, Asri Welas, Beddu, Candil feat Odeu & Hilal NAFF Band, juga MLU featuring Gangga dan Rudy Nugraha. Untuk hostnya adalah Shita Priwit, dan tentunya acara diselenggarakan tanpa biaya atau gratis untuk seluruh pengunjung.