Last But Not Least, Acara Penutupan Mobility Programme

Setelah Workshop memasak, suasana Jumat sore di Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional berubah menjadi lebih akrab dan penuh kehangatan. Mobility Program 2025 pun resmi ditutup di Aulia Blok A lantai 4 Universitas Nasional, dalam rangkaian acara yang tak hanya meriah, tapi juga berkesan. Acara dibuka oleh moderator, Sara Dwi Anjani, S.S., dengan suasana yang santai namun tetap tertib. Kegiatan dilanjutkan dengan refleksi singkat dari Bapak Iskandarsyah Siregar, S.S., M.Hum., Ph.D., yang menyampaikan bahwa Mobility Program bukan sekadar pertukaran kegiatan, melainkan juga pertukaran makna. 

Selama empat hari, mahasiswa dari Universitas Nasional dan Universiti Malaya telah berbagi banyak hal dari wawasan hingga kebudayaan, dari pengalaman akademik hingga tawa ringan di sela-sela kegiatan. Momen bernyanyi bersama membuka ruang keakraban antar peserta. Lagu mungkin hanya berdurasi beberapa menit, tapi suasana yang tercipta terasa panjang di hati. Acara berlanjut dengan penampilan puisi oleh Robby Pandu Wijaya Diva, yang membawa suasana menjadi lebih reflektif. Dilanjutkan dengan musikalisasi puisi dari Himpunan Mahasiswa Sastra Indonesia, yang mengajak peserta merenung, mengangguk, dan sesekali tersenyum lewat irama dan lirik yang menyentuh.

Dari sisi tamu, mahasiswa Universiti Malaya menampilkan tarian tradisional khas Malaysia yang memesona. Lenggak-lenggok gerakan mereka seolah membawa penonton menyusuri nuansa budaya negeri jiran. Setelahnya, seluruh peserta kembali bernyanyi bersama sebuah jeda yang ringan, tapi bermakna. Sisi budaya lokal pun tak ketinggalan. Mahasiswi dari Program Studi Bahasa Korea tampil membawakan tarian khas Betawi yang enerjik. Perpaduan budaya ini menggambarkan bahwa pertemuan lintas bangsa dan lintas program studi bisa menyatu dalam satu panggung yang sama. Acara kemudian dilanjutkan dengan penampilan sekaligus workshop wayang kulit yang dibawakan oleh Ketua Alumni Fakultas Bahasa dan Sastra. Layar putih terbentang, tokoh wayang bergerak di balik cahaya, dan peserta diajak masuk ke dalam dunia seni tradisional Indonesia yang penuh filosofi.

Sebagai puncak dari seluruh rangkaian kegiatan, Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra, Dr. Drs. Somadi, M.Pd., secara resmi menutup Mobility Program. Dalam penutupannya, beliau menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta, panitia, dan mitra yang telah menyukseskan program ini. Harapannya, kerja sama lintas budaya seperti ini akan terus berlanjut dan tumbuh lebih besar ke depannya. Acara ditutup oleh Claudia, MC dari tim panitia, yang mengajak seluruh peserta untuk melakukan sesi foto bersama. Jepretan kamera menjadi penanda akhir acara tapi juga menjadi awal dari kenangan yang akan selalu dibawa pulang oleh setiap peserta. Karena sejatinya, Mobility Program bukan hanya soal hadir secara fisik, tapi juga soal hadir secara hati. 

Hari Keempat, Workshop Masakan Nusantara (Rawon) Bersama Chef dan Dosen Universitas Nasional

Jakarta, 29 Mei 2025 — Pada hari keempat kegiatan Mobility Program, telah dilaksanakan workshop memasak yang merupakan salah satu rangkaian kegiatan kolaborasi antara PSSN & PUSTANAS x FBS x Pariwisata. Kegiatan ini berlangsung pada pagi hari, dengan suasana penuh semangat dan antusiasme dari para peserta.

Workshop memasak dilaksanakan di Dapur Pariwisata, Blok C, Lantai 1 Universitas Nasional, dengan dukungan fasilitas dari Bapak Dr. Eddy Guridno, M.Si. yang turut membantu menyediakan tempat berlangsungnya kegiatan.

Demo memasak dipandu oleh Bapak Ardi Mularsari, S.Pd., M.Pd., dosen dari program studi Pariwisata, yang juga  memiliki pengalaman profesional sebagai chef di hotel bintang lima. Pada sesi ini, peserta diajak untuk mempraktikkan pembuatan salah satu masakan khas Indonesia, yaitu Rawon. Dalam pelaksanaan kegiatan ini, turut serta Ibu Kurnia Rachmawati, S.S., M.A. dan Sari Tri Anjani, S.Sos., yang mendampingi dan mengarahkan proses workshop. Selain itu, Bapak Gagih Pradini, S.Par., M.M. bersama mahasiswa program studi Pariwisata juga berperan aktif dalam mendukung kelancaran kegiatan dari awal hingga akhir.

Peserta Mobility Program merupakan mahasiswa dari Universiti Malaya, Malaysia, yang mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dengan antusias, termasuk dalam sesi praktik memasak, sebagai bentuk pertukaran pengetahuan dan budaya.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan pengalaman langsung dalam praktik memasak kepada para peserta, serta mempererat kerja sama antar institusi yang terlibat dalam program kolaborasi ini.

 

Hari Ketiga, Workshop Alat Musik Betawi di Museum Betawi

Jakarta, 28 Mei 2025 — Pada hari ketiga kegiatan Mobility Programme yang dilaksanakan oleh Universitas Nasional x Universiti Malaya pada hari Rabu, tanggal 28 Mei 2025 di gedung serba guna, Setu Babakan. Kegiatan dimulai pada pukul 10.00 WIB dan berakhir pada pukul 12.00 WIB.

Workshop ini dibawakan oleh Bapak Jaka yang merupakan penggiat seni dan pelestari budaya Betawi dan beberapa staff Museum Betawi yang turut membantu dalam mempersiapkan peralatan, juga menjelaskan secara detail mengenai alat musik Betawi.

Kegiatan ini diikuti oleh 21 mahasiswa dan 2 dosen dari Universiti Malaya, Malaysia yang sedang melaksanakan Mobility Programme ke Indonesia yang dipandu oleh Universitas Nasional. Para peserta tampak antusias dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan workshop, mulai dari pengenalan berbagai alat musik Betawi seperti Gambang Kromong, hingga sesi praktek memainkan alat musik tersebut secara langsung.

Dalam kegiatan ini turut didampingi oleh panitia, yaitu Sara Dwi Anjani, S.S., Putri Nurlaela, S.Sos., Audri Putri Chaniago, S.Sos., Nisya Nur Haliza, Ahmad Said Saputra, S.A.P., Hanan Ghifari, S.M., serta 4 LO kelompok yang mengarahkan peserta yaitu Abdullah Ahmad Permana, S.Sos., Adinda Damayanty, Galank Araafi, dan Sayyid Abdurrahman Yusuf. 

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperkenalkan kekayaan budaya Betawi kepada masyarakat internasional serta mempererat hubungan kerja sama di bidang kebudayaan antara Indonesia dan Malaysia.

 

Hari Kedua Mobility Programme, Kuliah Umum Bersama Budayawan Betawi dan Dekan Fakultas Budaya dan Sastra

Jakarta, 27 Mei 2025 — Telah dilaksanakan kegiatan Mobility Programme dalam bentuk kuliah tematik yang bertujuan untuk memperluas wawasan peserta, baik dari kalangan mahasiswa lokal maupun internasional, mengenai keberagaman budaya dan bahasa di Indonesia. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya internasionalisasi program studi serta penguatan diplomasi budaya Indonesia.

  1. Sesi Kuliah I

Judul Kuliah : Tantangan dalam Pelestarian Budaya

Waktu : 16.00 – 17.00 WIB

Narasumber : Babeh Yahya Andi Saputra

Pendamping : Bapak Iskandarsyah Siregar, S.S., M.Hum., Ph.D.

Tempat : Korea Corner

Sesi pertama menghadirkan Babeh Yahya Andi Saputra, seorang akademisi senior sekaligus tokoh budaya Betawi, yang telah lama aktif dalam pelestarian dan promosi budaya lokal. Dalam pemaparannya, beliau menyampaikan berbagai tantangan yang dihadapi dalam menjaga kelestarian budaya Indonesia di tengah arus globalisasi, serta merumuskan strategi-strategi konkret yang dapat diterapkan dalam masyarakat.

Materi meliputi:

  • Identifikasi penyebab melemahnya budaya lokal
  • Tantangan dalam pewarisan budaya antar generasi
  • Strategi pelestarian berbasis komunitas dan pendidikan
  • Peran media sosial dalam menjaga eksistensi budaya

Bapak Iskandarsyah Siregar, S.S., M.Hum., Ph.D. mendampingi sesi ini sebagai moderator, memastikan kelancaran penyampaian materi dan interaksi peserta. Peserta terlibat aktif dalam diskusi dan sesi tanya jawab, yang menandakan tingginya antusiasme dan minat terhadap tema yang diangkat.

 

  1. Sesi Kuliah II

Judul Kuliah : Keanekaragaman dalam Linguistik Indonesia

Waktu : 17.00 – 18.00 WIB

Narasumber : Dr. Somadi Sosrohadi, M.Pd.

Pendamping : Ibu Sara Dwi Anjani, S.S.

Kuliah kedua dilanjutkan dengan pembahasan mengenai keanekaragaman linguistik Indonesia, yang mencerminkan kekayaan budaya bangsa. Dr. Somadi Sosrohadi, M.Pd. menjelaskan tentang peran strategis bahasa dalam menjaga identitas nasional, serta tantangan dalam pemertahanan bahasa daerah di tengah dominasi bahasa global.

Materi yang dibahas meliputi:

  • Peta keragaman bahasa di Indonesia
  • Ancaman kepunahan bahasa minoritas
  • Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
  • Upaya revitalisasi bahasa daerah melalui pendidikan dan teknologi

Ibu Sara Dwi Anjani, S.S. mendampingi sesi ini sebagai moderator sekaligus fasilitator, memastikan kelancaran penyampaian materi dan interaksi peserta.

Seluruh rangkaian kegiatan berlangsung dengan lancar, tertib, dan penuh semangat kolaboratif. Para peserta memperoleh wawasan yang sangat bermanfaat terkait kebudayaan dan bahasa Indonesia. Kegiatan ini diharapkan menjadi titik awal kerja sama lebih lanjut dalam bidang akademik dan kebudayaan lintas negara.

Demikian berita acara ini disusun sebagai dokumentasi resmi atas pelaksanaan kegiatan tersebut.

Diplomasi Rempah: Peran Dirjen Kebudayaan dalam Mempererat Negara ASEAN

Jakarta – Asia Tenggara memiliki sejarah yang kaya sebagai pusat perdagangan rempah dunia sebelum bangsa Eropa melakukan eksplorasi, di mana rempah dianggap tidak hanya sebagai komoditas tetapi juga membawa nilai-nilai, tradisi, dan pertukaran budaya. Pada laman surat berita Tempo, dalam rangka memperkuat warisan bersama rempah di kawasan ASEAN, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Ristek menyelenggarakan kegiatan “ASEAN Spice: The Connecting Culture of Southeast Asians” di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Kegiatan ini, yang didukung oleh Sekretariat ASEAN, melibatkan para akademisi dan praktisi dari 11 negara ASEAN dalam berbagai diskusi, kunjungan ke desa rempah, dan kerja sama untuk mengembangkan inovasi terkait budaya rempah dan gastronomi.

 

Menurut Hilmar, rempah memiliki peran yang signifikan dalam mengubah gaya hidup manusia dan harus terus dikembangkan untuk manfaat yang lebih luas. Dia juga menekankan pentingnya kerjasama inovatif antara praktisi dan akademisi ASEAN untuk memperkuat cerita sejarah jalur rempah di komunitas ASEAN. Dafri Agussalim dari Fisipol UGM menyatakan bahwa kegiatan ini krusial karena membantu mengidentifikasi identitas ASEAN melalui jalur rempah, yang selama ini kurang dipahami. Baginya, jalur rempah dapat menjadi titik persatuan bagi negara-negara ASEAN dan memperkuat hubungan di Asia Tenggara.

 

Upaya untuk mengangkat warisan budaya rempah sebagai bagian integral dari identitas ASEAN merupakan langkah yang sangat positif dan relevan. Sejarah panjang perdagangan rempah di Asia Tenggara mencerminkan kekayaan alam, keragaman budaya, dan hubungan antarnegara yang erat. Melalui kegiatan seperti “ASEAN Spice: The Connecting Culture of Southeast Asians”, dapat dipahami lebih dalam pentingnya jalur rempah sebagai sumber persatuan dan kerjasama di antara negara-negara ASEAN. Pengembangan dan promosi budaya rempah akan memperkaya pengalaman wisatawan serta memperkuat kesadaran akan keragaman dan kekayaan budaya di kawasan ini.

Forum Diskusi Literasi Demokrasi 2024: Melestarikan Budaya Papua di Era Digital

KOMPAS.com – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menggelar Forum Diskusi Literasi Demokrasi (FLD) bertajuk “Melestarikan Budaya dan Kearifan Lokal Papua di Era Digital” di Semarang pada Kamis (6/6/2024). Sebelumnya, forum serupa telah diadakan di Kota Bandung dan Surakarta.

(Sumber: https://asset.kompas.com/crops/T93lfT5E8MSAM4-zKqTnN-1HVy0=/1×0:2560×1706/750×500/data/photo/2024/05/05/6636f08447441.jpeg)

Acara ini mendapat sambutan antusias dari ratusan mahasiswa, terutama yang berasal dari Papua. Forum ini menghadirkan narasumber Influencer Papua Michael Jakarimilena dan perwakilan Mahasiswa Papua Semarang, Sonny Asso. Diskusi interaktif tersebut membahas tantangan dan peluang dalam melestarikan budaya Papua di era digital, termasuk peran literasi digital, pemanfaatan teknologi untuk promosi budaya, dan strategi membangun demokrasi inklusif di Papua.

 

Ketua Tim Kerja Informasi dan Komunikasi Politik dan Pemerintahan Kemenkominfo, Agus Tri Yuwono, menyatakan kekagumannya terhadap kekayaan alam dan budaya Papua. “Budaya Papua adalah warisan berharga yang harus dijaga dan dilestarikan, tidak hanya bagi masyarakat Papua tetapi juga bagi seluruh bangsa Indonesia,” ujar Agus dalam rilis pers yang diterima Kompas.com pada Sabtu (8/6/2024).

 

Agus juga menekankan pentingnya platform digital dalam membagikan cerita, seni tradisional, musik, tarian, dan pengetahuan tentang budaya Papua kepada khalayak luas melalui media sosial, website, dan aplikasi mobile.

 

Pemerintah juga mendukung pelestarian budaya Papua melalui pembangunan Papua Youth Creative Hub (PYCH) di Jayapura, yang bertujuan mengembangkan bakat, kreativitas, dan inovasi pemuda Papua di berbagai bidang, seperti fesyen, hiburan, musik, fotografi, dan teknologi. Hal ini sejalan dengan pesan Presiden Joko Widodo yang mendorong pemuda Papua untuk mengejar passion mereka di berbagai bidang.

 

Forum tersebut juga membahas tantangan rendahnya tingkat literasi digital dan kesenjangan infrastruktur digital di Papua yang menghambat upaya pelestarian budaya. Namun, teknologi digital membuka peluang besar untuk mempromosikan budaya Papua kepada audiens yang lebih luas.

 

Michael Jakarimilena menekankan pentingnya konten digital yang menarik dan informatif tentang budaya Papua untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. “Peningkatan literasi digital adalah kunci penting dalam pelestarian budaya Papua,” katanya. Sonny Asso menambahkan bahwa pemberdayaan komunitas lokal juga merupakan faktor penting dalam pelestarian budaya Papua. Komunitas lokal dapat berperan dalam mengembangkan dan mempromosikan konten digital budaya Papua.

 

Kerja sama multi-stakeholder antara pemerintah, swasta, komunitas lokal, dan akademisi diperlukan untuk mendukung upaya pelestarian budaya Papua di era digital. Sonny menyimpulkan, “Dengan mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada, budaya Papua dapat dilestarikan dan diwariskan kepada generasi mendatang. Budaya Papua adalah kekayaan bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan.”

 

Michael dan Sonny juga membagikan tiga solusi konkret untuk pelestarian budaya Papua di era digital: pengembangan konten digital budaya Papua, peningkatan infrastruktur digital, dan kerja sama multi-stakeholder. Dukungan penuh dari Kemenkominfo diharapkan membuat upaya pelestarian budaya Papua lebih efektif dan efisien, sehingga budaya tersebut dapat terus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi mendatang.

 

Pagelaran Sabang Merauke 2024, Ajang Persaingan 50 Penari Daerah

Jakarta – Dilansir dari laman berita Liputan6.com, iForte dan BCA telah menyelenggarakan acara yang bertajuk Pagelaran Sabang Merauke The Indonesian Broadway di tahun 2024 ini. Konsep yang digagas adalah kolaborasi antara musik dan tarian dari berbagai daerah yang ada di Indonesia. Secara detail, penyelenggaraannya mengusung teatrikal kolosal yang menceritakan perjalanan Pahlawan Nusantara dari Sabang sampai Merauke. 

(Sumber : https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQF2LMuCY4HKlubc-a_w1X-QdeH69UJx6wnSA&s )

Rangkaian acara ini meliputi audisi penari yaitu “The Audition” yang bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi para penari daerah untuk menunjukkan kemampuannya lihainya. 

(Sumber : https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2024/05/06/jumpa-pers-pagelaran-sabang-merauke-the-indonesian-broadway-hari-ini.jpeg?w=1200

Sebanyak 124 penari berbakat dari berbagai daerah di Indonesia, dengan latar belakang budaya berbeda dan genre tari berbeda mengikuti “The Audition”. Para kontestan perlu merekam tarian wajib dan tarian kreatif mereka sendiri dan kemudian mengirimkannya ke panitia penyelenggara secara online. Ke-124 penari tersebut kemudian diseleksi dengan cermat dan 50 penari berhasil lolos “The Audition” final yang akan dilaksanakan pada Sabtu, 11 Mei 2024 di Indonesia Raya. Dewan juri terdiri dari penari profesional dan pemerhati seni seperti penari kawakan Didik Nini Thowok, musisi, salah satu penyanyi Sabang Merauke, pemain Broadway Indonesia Isyana Sarasvati, salah satu sutradara Sabang Merauke, pemain Broadway Indonesia Rusmedie Agus, salah satu sutradara Sabang Pelaku Merauke Koreografer Sandhidea Cahyo Narpati dan pengamat seni Giok Hartono dari pertunjukan Broadway Indonesia Sabang Merauke. Kriteria dari “The Audition” dikemukakan oleh dewan juri, seperti Didik Nini Thowok mengatakan bahwa penari harus memperhatikan Wirogo atau gerak, juga Wisongo atau penjiwaan. Menurut Isyana Sarasvati, Penari tentu memiliki musikalitas yang tinggi. Kriteria juga diungkapkan oleh Sandhidea Cahyo Narpati bahwa penari bukan hanya pandai teknik, tetapi memiliki rasa cinta pada budaya.  Rangkaian terakhir dari acara tersebut adalah pementasan yang akan dilakukan pada bulan Agustus 2024. Dimana pementasan akan dilakukan pada tanggal 17 dan 18 Agustus 2024 di JIEXPO Convention Center & Theater Jakarta. 
Facebook
X
LinkedIn
Threads
Telegram
WhatsApp

Menggugah Selera Dunia: Strategi ‘Food Diplomacy’ untuk Promosi Budaya Indonesia

Jakarta – Dalam artikel yang dimuat di surat kabar VOA, makanan selalu menjadi bagian penting dalam mempromosikan budaya suatu negara, menghasilkan strategi ‘food diplomacy’ yang melibatkan kuliner untuk berbagi dan membangun hubungan persahabatan. William Wongso, seorang pengusaha dan ahli kuliner terkenal di Indonesia, telah mendapatkan berbagai penghargaan internasional atas usahanya dalam mempromosikan budaya melalui makanan. Dalam acara “Flavors of Indonesia: Fine Dining” dan Asian American Expo 2024 di Los Angeles, Chef William bertukar informasi kepada VOA tentang pentingnya memperkenalkan kuliner Indonesia di luar negeri. 

(Sumber : https://images.app.goo.gl/jyg4ANQV9iV7Pxkb7)

(Sumber : https://images.app.goo.gl/C8MYTKZ3pecVSNjw5)

“Kita tidak bisa berdiam diri lagi karena dengan maraknya media sosial saat ini, seluruh dunia sangat antusias untuk mencicipi rasa otentik dari budaya kuliner masing-masing negara, terutama para wisatawan yang mengunjungi suatu negara,” ujarnya.

Di Kemang, Jakarta, Ragil Imam Wibowo berkontribusi dalam diplomasi kuliner dengan membuka restoran Nusa Gastronomy. Chef of The Year 2018 versi Foodies Magazine ini menyatakan bahwa restorannya menyajikan hidangan otentik yang mengandung cerita budaya di balik setiap menunya. Ragil yang juga meraih penghargaan Award of Excellence sebagai Asian Cuisine Chef of the Year pada World Gourmet Summit 2018, kadang bepergian ke luar negeri. Ia menekankan bahwa menarik minat orang untuk datang ke Indonesia sangat penting.

“Ketika orang-orang berbondong-bondong ke Indonesia untuk mencoba makanan Indonesia, menurut saya itulah esensi utama dari diplomasi kuliner, yaitu mengajak orang mencoba rasa makanan hingga datang ke negara tersebut,” katanya.

Di Los Angeles, Linda Lim telah aktif dalam diplomasi kuliner sejak 2015, bermula dari hobinya dan kecintaannya pada Indonesia serta masakan Indonesia, ia menjadi promotor kuliner. Ragil memilih strategi lain dalam diplomasi kuliner dengan menggali dan memperkenalkan menu baru serta mengutamakan teknik memasak. Ia mengamati bahwa orang non-Indonesia lebih menyukai makanan yang dibakar, seperti seafood bakar ala Makassar atau Bali dan aneka sate.

Berita ini menyoroti pentingnya ‘food diplomacy’ sebagai alat efektif untuk mempromosikan budaya suatu negara di kancah internasional. Melalui tokoh-tokoh seperti William Wongso dan Ragil Imam Wibowo, kita dapat melihat bagaimana makanan dapat menjadi duta yang kuat dalam mengenalkan kekayaan budaya Indonesia. Restoran seperti Nusa Gastronomy di Jakarta dan upaya Linda Lim di Los Angeles menunjukkan bahwa kuliner tidak hanya tentang rasa, tetapi juga tentang cerita dan tradisi yang menyertainya. Dengan semakin maraknya media sosial, antusiasme global terhadap rasa otentik semakin meningkat, menjadikan ‘food diplomacy’ sebagai strategi yang semakin relevan untuk menarik minat wisatawan dan memperkuat identitas budaya di dunia internasional.

Pagelaran Kenduri Seni Melayu 2024: Melestarikan Budaya Melayu di Batam

BATAM – Pagelaran Kenduri Seni Melayu (KSM) kembali dihelat di Area Parkir Kawasan Harbour Bay, Batam, Kepulauan Riau (Kepri) pada tanggal 7-9 Juni 2024. Acara yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Batam ini mengangkat tema “Membalut Seni Dalam Tradisi” dan menampilkan rangkaian atraksi kesenian Melayu, Nusantara, serta dari negara-negara rumpun Melayu.

(Sumber : https://images.app.goo.gl/9FLXssQdFqLe9vCH8)

Kenduri Seni Melayu kali ini menghadirkan berbagai kegiatan menarik, termasuk pertunjukan seni yang lebih variatif, seminar budaya, permainan rakyat, pameran koleksi Museum Raja Ali Haji, serta bazaar kuliner dan UMKM. Malam pembukaan dimeriahkan dengan lantunan lagu-lagu, musik, dan tari-tarian Melayu, yang berhasil menciptakan suasana meriah.

Wali Kota Batam, Muhammad Rudi, mengajak seluruh masyarakat untuk turut serta memeriahkan acara ini. “Mari bersama memeriahkan dan melestarikan budaya Melayu di Kepri,” ujarnya, Sabtu (8/6/2024).

Budaya Melayu yang kental di Kota Batam menjadi akar budaya lokal yang kemudian dimanifestasikan dalam event tahunan ini. Pagelaran ini memberikan kesempatan kepada para pelaku seni untuk menampilkan kreativitas mereka, sekaligus melestarikan budaya Melayu di Batam.

Sejalan dengan agenda Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Kenduri Seni Melayu terpilih sebagai salah satu dari 110 Karisma Event Nusantara (KEN). Program ini bertujuan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara dan menggerakkan wisatawan nusantara agar berwisata di Indonesia.

“Kenduri Seni Melayu merupakan upaya menumbuhkembangkan seni budaya Melayu di Kota Batam sekaligus menjadi daya tarik wisata. Kegiatan ini juga diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan jumlah wisatawan dan berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat setempat,” kata Nia Niscaya, Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama, dalam pembukaan acara Kenduri Seni Melayu.

Tahun ini, acara tersebut juga mengundang seniman dari Brunei Darussalam dan Kuala Lumpur untuk memperkenalkan dan memeriahkan kesenian Melayu, menambah warna dan keragaman dalam pagelaran tersebut.

 

Pelestarian Budaya oleh Muda Mudi Bandung dengan Menggelar Festival Budaya, Olahraga, dan Jajanan Anak Muda (Bojana)

Berdasarkan berita dari DetikJabar, anak muda di Bandung menunjukkan inisiatifnya untuk melestarikan budaya atau dalam bahasa Sunda nya “Ngamumule” dengan melangsungkan Festival Budaya, Olahraga, dan Jajanan Anak Muda (Bojana) pada tanggal 25 sampai 26 Mei 2024. 

(Sumber : https://images.app.goo.gl/Gk1vzDuSDJraDN6W8)

Festival dilangsungkan sebagai sebuah misi untuk melestarikan budaya dan olahraga yang ada di Indonesia. Festival tersebut tentunya diinisiasi oleh Lukis Creative yang merupakan perwujudan simbol anak muda dan yang menjadi ketua penyelenggaranya adalah Dinar Adhiyanti. Berlokasikan di Bandung, lebih tepatnya di Kiara Artha Park yang merupakan salah satu ikon pariwisata Kota Kembang. Pada festival ini, terdapat lebih dari 40 varian jajanan dan makanan khas Indonesia yang tentunya sebagai magnet bagi para pengunjung. 

 

Menurut Dinar Adhiyanti, Festival Bojana bertujuan untuk mengajak anak muda untuk turut serta dalam pelestarian budaya Indonesia dengan variasi jajanan dan makanan khas Indonesia yang melimpah, serta festival olahraga yang dapat diikuti. Berdasarkan rundown yang ada, acara dimulai dengan fun bike collaboride yang digelar pada hari Sabtu (25/5) yang bertepatan dengan Road to World Bicycle Day 2024 dan pendaftaraan dapat dilakukan ditempat acara. Selanjutnya acara digelar pada Minggu (26/5) yakni penyelenggaraan sesi olahraga bersama Beddu dan komunitas Roundnet Indonesia, kemudian dilanjutkan dengan zumba yang dipandu oleh Asri Welas yang merupakan ambassador Zumba Indonesia. Bersamaan di hari itu, terdapat perlombaan yang diperuntukkan untuk anak usia 3 sampai 6 tahun yakni lomba mewarnai dan untuk anak 7 sampai 12 tahun adalah lomba menggambar. 

 

Pada Acara kick off Festival Bojana 2024 turut dimeriahkan oleh beberapa artis ternama seperti Andien, Asri Welas, Beddu, Candil feat Odeu & Hilal NAFF Band, juga MLU featuring Gangga dan Rudy Nugraha. Untuk hostnya adalah Shita Priwit, dan tentunya acara diselenggarakan tanpa biaya atau gratis untuk seluruh pengunjung.