Menggali Potensi Budaya: Kunci Sukses Pembangunan Berkelanjutan

Jakarta- Berdasarkan berita yang diperoleh pada laman TribunSumsel.com menggarisbawahi bahwa kebudayaan belum menjadi fokus utama dalam kebijakan. Meskipun seringkali hanya dianggap sebagai pelengkap atau hiburan semata dalam ruang publik, kebudayaan sebenarnya memiliki potensi besar dalam membangun peradaban suatu wilayah.

Kongres Kebudayaan Indonesia tahun 2023 menyoroti pentingnya peran kebudayaan dalam pembangunan nasional. Penelitian yang dirilis oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbud Ristek) menunjukkan bahwa ada korelasi kuat antara Indeks Pembangunan Kebudayaan dengan indikator-indikator lain yang mencerminkan kondisi ekonomi, sosial, dan politik suatu negara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi dimensi ekonomi budaya dalam Indeks Pembangunan Kebudayaan, semakin rendah tingkat kemiskinan masyarakatnya. Peningkatan dalam dimensi ekonomi budaya memiliki dampak yang negatif terhadap tingkat kemiskinan, dengan nilai korelasi sebesar minus 0,31. Artinya, peningkatan ekonomi budaya berpotensi mengurangi tingkat kemiskinan, sementara penurunannya dapat meningkatkan kemiskinan.

Mengacu pada hal tersebut, pentingnya menghargai dan melestarikan budaya sebagai milik publik untuk memberi manfaat bagi generasi saat ini dan mendatang menjadi sorotan utama. UNESCO telah mengakui Indonesia sebagai negara adidaya budaya sejak 2017, menunjukkan kekayaan sumber daya budaya yang tinggi di negaranya. Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa kekuatan budaya merupakan modal utama dalam pembangunan negara, menyebut kebudayaan sebagai “DNA” bangsa Indonesia. Jika dimanfaatkan dengan baik, kebudayaan dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan sosial dan ekonomi.

Contoh negara seperti Amerika Serikat, India, dan Korea Selatan menunjukkan bahwa industri budaya seperti film dan musik dapat memberikan pendapatan besar dan penyerapan tenaga kerja yang signifikan. Indonesia, dengan kekayaan budaya di berbagai daerah, memiliki potensi besar untuk mengembangkan sumber daya ini sebagai pengungkit ekonomi dan sosial. Pemimpin daerah berperan penting dalam memaksimalkan potensi budaya melalui pembinaan dan pelestarian budaya lokal. Data Pokok Kebudayaan bisa menjadi dasar untuk mengukur potensi daerah dan menyusun Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah. Proses melindungi, mengembangkan, memanfaatkan, dan membina potensi budaya dapat memberikan kontribusi besar bagi pembangunan daerah dan mempercepat roda pembangunan jika seni budaya dikerjasamakan dengan dunia usaha.

Pemprov DKI Jakarta Gelar Serangkaian Acara Meriah untuk Peringati HUT ke-497 Kota Jakarta

Jakarta – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-497 Kota Jakarta, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan menyelenggarakan serangkaian acara meriah pada Minggu, 19 Mei 2024. Acara yang berlangsung di Bundaran HI, Jakarta Pusat ini dijadwalkan mulai pukul 06.00 hingga 10.00 WIB dan akan bertepatan dengan Car Free Day (CFD) di sepanjang Jalan MH Thamrin hingga Jalan Jenderal Sudirman.

Menurut informasi yang diperoleh dari Sindonews.com, dalam acara tersebut akan ada berbagai atraksi seni dan budaya untuk menghibur masyarakat. “Kegiatan tari kicir-kicir akan digelar di sekeliling Bundaran Hotel Indonesia (HI), serta berbagai atraksi budaya seperti Gondel atau gotong ondel-ondel, pertunjukan Tarian Betawi, dan penampilan menarik lainnya,” kata Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Sekretaris Daerah DKI Jakarta, Afan Adriansyah Idris, pada Sabtu (18/5/2024).

Pemprov DKI juga telah mempersiapkan rekayasa lalu lintas melalui Dinas Perhubungan (Dishub) untuk mendukung kelancaran acara. Penutupan ruas jalan akan dilakukan di Jalan Jenderal Sudirman, mulai dari Bundaran Patung Pemuda hingga Jalan MH Thamrin yang dimulai dari Bundaran Air Mancur Patung Kuda. Rekayasa lalu lintas ini akan mengalihkan arus kendaraan melalui rute alternatif yang telah ditentukan, sebagaimana diumumkan oleh akun Instagram @dishubdkijakarta.

Kegiatan ini tidak hanya memperingati hari jadi kota Jakarta, tetapi juga memperlihatkan upaya pemerintah dalam melibatkan masyarakat melalui acara-acara yang menarik dan mendidik. Acara Car Free Day (CFD) yang digelar bersamaan dengan pencanangan HUT ini merupakan langkah positif dalam mengurangi polusi udara dan memberikan ruang bagi warga Jakarta untuk menikmati ruang publik tanpa kendaraan bermotor. Atraksi seni dan budaya yang telah disiapkan, seperti senam kicir-kicir dan pertunjukan Tarian Betawi, menunjukkan komitmen Pemprov DKI dalam melestarikan budaya lokal dan memberikan hiburan yang edukatif bagi masyarakat.

Langkah-langkah rekayasa lalu lintas yang direncanakan oleh Dinas Perhubungan juga patut diapresiasi. Dengan penutupan dan pengalihan arus lalu lintas, Pemprov DKI menunjukkan keseriusannya dalam mengatur lalu lintas agar acara dapat berjalan lancar tanpa mengganggu kenyamanan warga yang tidak berpartisipasi. Namun, komunikasi dan sosialisasi yang baik kepada masyarakat mengenai perubahan lalu lintas ini sangat penting untuk menghindari kebingungan dan memastikan semua pengguna jalan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.

Secara keseluruhan, inisiatif ini adalah contoh yang baik dari bagaimana pemerintah daerah dapat merayakan sejarah dan budaya kota dengan cara yang inklusif dan berwawasan lingkungan. Saya berharap acara ini berjalan sukses dan dapat menjadi inspirasi bagi kota-kota lain di Indonesia dalam menggelar acara serupa.

Degradasi Bahasa Betawi di Masa Perkembangan Zaman

(Sumber : kompas.id/Dhanang David Aritonang)

Dilansir dari berita yang diterbitkan oleh KOMPAS.id mengenai ancaman penggusuran wilayah-wilayah Betawi dan bagaimana bahasa Betawi yang semakin terlupakan oleh generasi-generasi muda. Juga upaya untuk melestarikan bahasa betawi dengan menerbitkan karya sastra dengan menggunakan bahasa Betawi. Semua pembahasan akan berpaku pada pembukaan acara diskusi buku Pendekar Bahasa dan Budaya, di Bentara Budaya Jakarta. 

Seperti yang dikemukakan oleh Abdul Chaer yang merupakan penulis serta ahli linguistik, menurutnya, kampung-kampung Betawi yang mulai tergusur merupakan alasan utama bahasa betawi menjadi memudar. Hal tersebut dikarenakan masyarakat aslinya yang mulai berpindah tempat dan memulai kehidupan di wilayah baru, seperti ke wilayah Bogor dan Karawang. Abdul Chaer melakukan pencariannya untuk menggali sejauh mana bahasa Betawi diketahui oleh masyarakat DKI Jakarta. Ia memulai pencariannya dengan menjelajahi wilayah Cibarusa sampai Citeureup, dari sekitaran Karet sampai Tanah Abang dengan obrolan-obrolan yang dilontarkan kepada masyarakat untuk mengetahui kosakata dalam bahasa Betawi. Sedikitnya, masyarakat hanya mengetahui bahasa Betawi dasar dan beberapa menyebutkan dalam bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia. 

Masyarakat menggunakan bahasa Betawi sebagai bahasa percakapan, di mana hanya digunakan pada sesama betawi saja. Di lain orang yang bukan Betawi, mereka tidak akan menggunakan bahasa Betawi. Pendatang yang notabene nya masyarakat luar betawi kerap kali mengasingkan bahasa Betawi dalam percakapannya. Hal tersebut semakin membuat bahasa Betawi terpinggirkan. 

Dalam agenda lain, bahasa Betawi dikenal oleh beberapa masyarakat luar wilayah Betawi, seperti Bogor dan Karawang. Ini adalah akibat dari penggusuran wilayah di DKI Jakarta. Sehingga, tidak harus menjadi ketakutan besar bahwa bahasa Betawi akan punah. Karena pada konteks ini, masyarakat Betawi hanya melupakan beberapa kosakata Betawi saja. Penggunaan kata “elo gue” dan imbuhan -in juga masih dilafalkan oleh orang Betawi, bahkan pendatang dari daerah lain juga mulai mengadaptasi ke dalam bahasa keseharian mereka. 

Pernyataan lain diungkapkan oleh Muhadjir, yang merupakan ahli linguistik. Menurutnya, bahasa Betawi memiliki keragaman kosakata dan masih menjadi perdebatan dengan dialeknya yang dianggap sebagai bahasa Melayu dengan dialek Jakarta. Berdasarkan dialek, bahasa Betawi memiliki keragaman yang digunakan dalam wayang kulit Betawi, teater lenong dan topeng. Sekitar tahun 1911, ada warga keturunan Arab di Jakarta yang menulis karya sastra menggunakan bahasa Betawi. Dari hal tersebut, karya-karya sastra mulai berkembang dan bervariasi seperti karya tentang Nyi Saidah yang termuat dalam koran Melayu di Batavia tempo dulu. Cerita Panji dalam Sastra Pecenongan oleh Muhammad Bakir, juga siaran televisi yang berjudul Si Pitung dengan ciri khasnya menggunakan dialog bahasa Betawi. 

Dari hal ini, menurut Ivan Lanin, perlu pemerhatian dari masyarakat mengenai slogan yang dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu “Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing”. 

Facebook
LinkedIn
WhatsApp
X
Telegram

Pemertahanan Budaya: Upaya Unit Pengelola Kampung Budaya Setu Babakan Dalam Memperkenalkan Budaya Betawi

(Sumber: https://images.app.goo.gl/oFyxdEjpUacmgv1YA)

Mahasiswa program studi Manajemen, Hannan Ghifari, melakukan wawancara kepada UPK PBB (Unit Pengelola Kegiatan Perkampungan Budaya Betawi) Setu Babakan pada tanggal 15 Desember 2022.

 

Dalam wawancara tersebut, Hannan menanyakan perihal tentang upaya yang dilakukan oleh Unit Pengelola Kegiatan Perkampungan Budaya Betawi dalam memperkenalkan kebudayaan Betawi. Bapak Jaka selaku ketua UPK PBB menjelaskan bahwa ada beberapa strategi yang dilakukan untuk memperkenalkan kebudayaan Betawi. “Untuk memperkenalkan budaya Betawi, khususnya di Setu Babakan ini kami sering menampilkan beberapa kebudayaan yang cukup rutin di tiap minggunya dan di hari-hari tertentu. Untuk kegiatan rutin tiap minggu, kami sering melakukan latihan di sanggar. Baik latihan musik tradisional, tari, ataupun seperti silat. Sementara itu untuk kegiatan di hari tertentu biasanya kami menampilkan pertunjukan musik betawi, teater, dialek, dan sejenisnya” ujar Pak Jaka. Lebih detail, Bapak Jaka Selaku ketua UPK PBB menjelaskan bahwa dalam beberapa waktu kedepan akan ada perkembangan terhadap tempat-tempat tertentu di kawasan Setu Babakan guna memperkental kebudayaan Betawi agar lebih dikenal oleh masyarakat sekitar.

 

Dalam perbincangan tersebut, Hannan juga menanyakan tentang siapa saja yang mengelola UPK PBB di Setu Babakan, dan didapati jawaban bahwa yang mengelola UPK PBB tersebut ialah kepala UPK PBB yang bertanggung jawab kepada atasannya yaitu Kepala Dinas, serta Kepala Dinas akan bertanggung jawab kepada Gubernur. Selain itu, dalam pengamatannya Hannan menjelaskan tentang pelayanan yang diberikan kepada pengunjung. Hannan menjelaskan bahwa pelayanan di UPK PBB sudah baik, ditandai dengan pelayanan pegawai sekitar yang ramah ketika pengunjung bertanya dan meminta bantuan. Disamping itu kebersihan  lingkungan sekitar juga merupakan salah satu pelayanan yang cukup baik.

 

Sebagai penutup, Hannan menjelaskan tentang strategi promosi yang dilakukan UPK PBB. Dalam upayanya, UPK PBB melakukan promosi dengan cara membuat konten di media sosial agar terlihat oleh banyak masyarakat luas, dan serta tidak adanya biaya masuk ke UPK PBB juga merupakan salah satu strategi untuk menarik pengunjung.  Dengan demikian, UPK PBB sudah melakukan pemertahanan budaya melalui kegiatan-kegiatan yang ditunjukan di Setu Babakan.

Aneksasi dan Konflik Palestina-Israel: Tantangan dan Harapan untuk Perdamaian Berkelanjutan

Dalam berita terbaru dari Palestina, situasi konflik masih sangat membahayakan. Konflik berkepanjangan di wilayah ini telah menyebabkan banyak bom yang masih diledakkan oleh Israel, meningkatkan risiko bagi warga sipil. Dampak konflik tersebut sangat dirasakan oleh masyarakat Palestina. Hancurnya infrastruktur yang mengakibatkan kelangkaan pasokan air bersih dan listrik telah memperparah penderitaan mereka.

Masyarakat Palestina menghadapi kesulitan besar dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan menerima bantuan kemanusiaan. Konflik yang masih berlangsung menjadi penghambat utama upaya penyelamatan dan pemulihan wilayah ini. Kondisi saat kini sangat menunjukkan perlunya tindakan yang tegas dan komitmen internasional untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan.

Semangat alinea pertama UUD 1945 yang menyatakan, “Penjajahan di dunia harus segera dihapuskan karena tidak sesuai dengan pri-kemanusiaan dan pri-keadilan,” sangat relevan dalam konteks konflik Palestina-Israel. Penjajahan dan aneksasi adalah aspek kunci dari konflik ini, dan alinea ini menegaskan bahwa prinsip-prinsip kemanusiaan dan keadilan harus menjadi landasan untuk mengakhiri penjajahan di dunia.

Prof. Sefriani, seorang pakar dalam sejarah konflik Palestina-Israel, mengungkapkan bahwa akar konflik ini dapat ditelusuri hingga Deklarasi Balfour tahun 1917. Deklarasi ini menjadi pemicu awal ketegangan, ketika Inggris berjanji memberikan “rumah” kepada rakyat Yahudi di Palestina. Komitmen ini mendorong gelombang besar imigrasi rakyat Yahudi ke wilayah Palestina, memperpanjang konflik tersebut.

Selanjutnya, pada tahun 1947, muncul Resolusi 181 yang mengusulkan gagasan pembagian wilayah menjadi dua negara. Namun, pembagian wilayah ini dianggap sangat tidak adil saat itu, dengan Palestina hanya mendapatkan 43,5% sementara Yahudi mendapat 56,5% dari seluruh tanah Palestina. Ini menciptakan ketidaksetaraan wilayah yang menjadi akar permasalahan utama dalam konflik Palestina-Israel, yang dikenal sebagai pencaplokan wilayah atau aneksasi.

Prof. Sefriani menekankan bahwa satu-satunya solusi yang dapat diterima dalam mengakhiri konflik ini adalah dengan menerapkan kembali gagasan dua negara, seperti yang diajukan pada awalnya, dengan pembagian wilayah 43,5% untuk Palestina dan 56,5% untuk Yahudi. Lebih lanjut, ia menganggap penting agar Dewan Keamanan PBB (DK PBB) mengawal secara tegas pelaksanaan Resolusi 181, yang mengusulkan pembagian wilayah menjadi dua negara, serta Resolusi 242 dan 338 yang juga berkaitan dengan konflik ini.

Dengan pendekatan ini, mungkin akan tercipta dasar yang kuat untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan di Palestina-Israel, mengakhiri aneksasi dan memberikan harapan bagi kedua belah pihak untuk hidup berdampingan dalam damai. Semoga komitmen internasional terhadap solusi perdamaian terus mendukung upaya ini.

 

Turut Berduka Cita

Innalillahi Wa Innailaihi Roji’un. Pada hari ini, Minggu 25 Desember 2022 Babw Ridwan Saidi meninggal dunia pada pukul 08.35 WIB di RSPI Bintaro Tangerang Selatan. Kepala Pusat Studi Sosiobudaya Nusantara Universitas Nasional, Iskandarsyah Siregar, menyampaikan rasa duka yang mendalam atas wafatnya budayawan Ridwan Saidi. “Di balik sikap keras dan kontroversi dari bebeberapa pernyataannya, bang Ridwan merupakan anak bangsa yang sangat ingin agar negeri ini berjaya. Dengan dakwah sejarahnya, ia berusaha untuk mengajarkan pada bangsa ini untuk melek sejarah agar tidak terus tersesat. Bang Ridwan juga tidak takut menabrak karang dalam misinya tersebut”, ujar Iskandarsyah. Iskandarsyah juga mengatakan bahwa Ridwan saidi adat partner diskusi yang tangguh dan menyegarkan. “Beliau pegang banyak referensi data. Banyak yang diperlihatkan ke saya yang saya belum pernah tahu sebelumnya. Yang sering jadi masalah baginya adalah strategi penyampaiaannya”, tambah Iskandarsyah.

Pada tanggal 20 Oktober 2022 lalu, Pusat Studi Sosiobudaya Nusantara mengundang alm. Babe Ridwan untuk menjadi narasumber dalam acara  Talkshow Bincang Budaya dengan tema “Urgensi Ketahanan Budaya Dalam Preservasi Peradaban Nusantara”. Acara tersebut diselenggarakan sebagai bagian dari perayaan ulang tahun Universitas Nasional ke-73.

Siapa Manusia Pancasila Yang Harus Memimpin Indonesia?

Indonesia adalah sebuah negeri yang sangat unik dan spesial. Salah satu faktornya adalah karena Indonesia merupakan sebuah negeri yang bangsanya lahir terlebih dahulu, yang kemudian mendirikan negara. Sebagai pengingat, bangsa Indonesia lahir dalam momentum Sumpah Pemuda tahun 1928. Sedangkan negara Indonesia baru resmi berdiri pada tahun 1945.

Fenomena tersebut mengindikasikan bahwa negara Republik Indonesia tegak dan berjalan dengan landasan nilai-nilai kebangsaan yang luhur. Nilai-nilai yang telah lahir jauh sebelum aturan-aturan bernegara diciptakan. Pertanyaannya, apa komponen nilai-nilai kebangsaan tersebut? Jawabannya adalah Pancasila. Pancasila merupakan hasil perasan dari nilai-nilai tradisi yang sudah teruji ratusan atau bahkan ribuan tahun di bumi Nusantara.

Komponen pembentuk Pancasila yang pertama adalah nilai-nilai KeIlahian. Sebagai sebuah peradaban yang sudah hidup sejak ribuan tahun, manusia Nusantara menyembah Tuhan yang esa sejak dahulu kala. Puncaknya adalah ketika Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-7 Masehi. Bahkan ketika Islam mewarnai dan menginspirasi terbentuknya peradaban madani di Barus (Tapanuli), masyarakat di sana sudah mengadopsi sistem perdagangan yang beradab sesuai tuntunan agama. Pada saat itu, diasumsikan bahwa Barus telah menjadi pusat perdagangan dan jalur rempah dunia. Semua sistem dan aturan yang berlaku saat itu dan pada masa-masa keemasan Nusantara bersumber dari nilai-nilai agama yang sudah pasti tidak terbantahkan kebenaran dan kebaikannya.

Ilmu merupakan partikel yang membuat seseorang menjadi lebih tinggi tingkatan kemuliaannya. Ilmu sendiri merupakan sebuah konsep sistematis yang terdiri atas konstruksi pengetahuan. Ilmu berorientasi pada pemberian manfaat lebih dari sekadar pengetahuan. Maka dari itu, Ilmu harus tersusun secara harmonis. Seperti jargon dalam bahasa Inggris yaitu “Science is harmony”. Harmonisasi hanya mungkin terwujud jika tiap-tiap komponennya bersifat proporsional. Proporsional adalah wujud keadilan. Keadilan adalah penyeimbang utama dalam peradaban. Maka, seorang manusia baru dapat disebut berilmu jika dia bersifat adil dan beradab. Sudah pasti, cara manusia untuk belajar tentang hal ini adalah dengan mempelajari sifat adil Tuhan dan mengaplikasikannya dalam peradaban. Hubungan dengan Tuhan menginspirasi hubungan dengan sesama manusia. Inilah yang menginspirasi terbentuknya komponen kedua dalam Pancasila.

Nilai-nilai persatuan telah lama hidup dalam masyarakat Nusantara. Konsep Bersatu dalam peradaban Nusantara inilah yang diserap masuk sebagai komponen ketiga Pancasila. Bersatu dalam Pancasila tidak berarti membuat semua menjadi seragam. Apalagi memaksa hilangnya identitas atau jati diri seseorang yang telah terbentuk oleh nilai-nilai Agama atau tradisi etnisnya. Bersatu dalam perspektif Pancasila adalah membuat harmonisasi beragamnya khasanah bangsa secara adil dan beradab, sehingga melahirkan harmonisasi kebangsaan yang indah dan bergairah. Inilah yang membuat bangsa Indonesia menjadi kuat dan kaya. Bhineka Tunggal Ika. Berbeda-beda tapi tetap bersatu jua. Perbedaan yang saling menghormati keyakinan masing-masing. Tidak memaksa yang lain untuk berubah seperti dirinya. Tidak menghalangi dan mengganggu yang lain untuk menjalankan segala keyakinan dalam agama dan keluhuran tradisinya. Bersatu dalam rasa adil untuk tetap menjaga peradaban yang madani.

Sejak lama, ratusan tahun, para raja, sultan, dan pemangku adat telah memimpin rakyatnya dengan penuh hikmah dan kebijaksanaan. Hikmah di sini bermakna nilai-nilai kebenaran yang disampaikan secara tepat untuk tujuan kebaikan. Sedangkan kebijaksanaan bermakna pengindah atau ornamen estetik dari implementasi hikmah tersebut. Para pemimpin ini sangat memahami bahwa rakyatnya memiliki kualitas yang berbeda-beda. Untuk itulah mereka dengan rasa tanggung jawab dan kasih sayang memutuskan segala sesuatunya dengan bermusyawarah bersama para ahli dan mewakili segala kepentingan rakyatnya tersebut demi memberi kemanfaatan dan kebaikan untuk semua. Para ahli ini adalah mereka yang dalam tunduknya pada Tuhan, senantiasa menggunakan ilmunya dalam memimpin tiap-tiap kebijakan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Sikap “leadership” inilah yang menginspirasi terbentuknya sila keempat Pancasila.

Semua hal tersebut pada hakikatnya adalah berorientasi pada rasa keadilan. Keadilan yang dimaksud di sini adalah keadilan antara manusia dengan sesama manusia dan antara manusia dengan seluruh alam. Betapa indahnya apabila setiap manusia senantiasa mencari kebaikan dan kebahagiaanya dengan hanya melakukan apa yang diperintah oleh Tuhannya dan menjauhi apa yang dilarang oleh Tuhannya. Sikap tersebut haruslah dipandu oleh ilmu yang tepat. Ilmu yang diberikan langsung oleh Tuhan melalui para nabi dipersatukan dengan ilmu yang dicari dengan penuh hikmah dan kebijaksanaan akal manusia. Visi besar inilah yang sebenarnya ingin dikejar oleh para perumus Pancasila. Visi besar yang dituangkan dalam sila kelima Pancasila.

Berdasarkan pandangan-pandangan tersebut, siapa sebenarnya yang disebut manusia Pancasila? Manusia Pancasila adalah manusia yang senantiasa bertakwa pada Tuhannya, berjalan dengan landasan ilmu agama dan sains terapan secara harmoni, memiliki orientasi untuk menjaga persatuan, memimpin dengan penuh hikmah secara bijaksana, dan bersikap adil terhadap dirinya, orang lain, dan seluruh alam.

Siapa dia? Kamu? Saya? Dia? Kita atau bukan? Kita bahas lebih dalam nanti.

 

Iskandarsyah Siregar

Kepala Pusat Studi Sosiobudaya Nusantara